Art

Pelajaran Hidup dari Rangkaian Mural Karya Seniman Sol LeWitt

Solomon “Sol” LeWitt (9 September 1928 – 8 April 2007) merupakan seorang seniman Amerika yang terkemuka berkat berbagai karya seninya yang monumental, termasuk dalam aliran seni konseptual dan minimalisme.

LeWitt meraih kepopularitasannya di akhir 1960-an berkat rangkaian kreasi  muralnya serta karya seni yang disebutnya “struktur” alih-alih “seni pahat”. Ia meraih nama besarnya bukan hanya terbatas pada itu, namun juga karena luasnya cakupan karya seninya, seperti dalam seni gambar, cetak, fotografi, dan seni lukis.

Tapi LeWitt paling dikenal mungkin karena karya-karya muralnya yang mengusung gambaran yang terdiri dari lingkaran yang seolah tak pernah berakhir, dan kotak, titik atau garis, yang membujur dari satu dinding ke dinding lainnya. Pola muralnya, entah hitam putih atau berwarna, meski kental dengan nuansa geometris yang repetitif, namun selalu tak tertebak. Ini karena bagi LeWitt karya seorang seniman melompati batas konklusi logis yang tak bisa diraih.

Sol LeWitt (Sumber gambar: gwarlingo.com)

LeWitt mengaku tidak begitu tertarik dengan objek. Idelah yang menarik perhatiannya. Baginya, ide dan makna di balik karya seni merupakan bentuk seni yang sebenarnya.

Karya seni milik LeWitt sederhana saja dan dipastikan menghilangkan keraguan akan pemaknaan yang kerap kita alami saat memandang sebuah karya seni modern atau kontemporer. Persepsi itu subjektif, kata LeWitt, oleh karenanya seorang seniman mungkin saja tidak memahami maksud dari karyanya sendiri dan persepsinya bukan berarti lebih baik atau lebih buruk dibandingkan yang lain.

Terlepas dari kemampuannya dalam memadatkan seni menjadi sebuah abstraksi filosofis yang mendalam, pendekatan LeWitt yang sederhana akan kreativitas membuat karya seninya gampang untuk dimengerti, terlepas kepentingan apa yang tertuang dalam konsep karya-karya miliknya.

Dan berdasarkan karya seninya tersebut, ada beberapa pelajaran hidup yang bisa kita petik:

1. Berpikir Rasional jadi Pemandu bukan Pengekang

Kalau kita belajar bahasa Inggris, yang kerap ditekankan oleh guru atau tutor kita adalah pentingnya belajar aturan grammar dan bahasa sebelum bisa mengusasainya. Nah, LeWitt berpaku pada “petuah” ini saat menghasilkan karyanya. “Logika dari sebuah karya atau seri karya adalah alat yang digunakan setiap saat, hanya saja untuk dihancurkan,” katanya.

Setiap karya seni LeWitt dibentuk dengan setiap bentuk persegi empat yang bisa dibayangkan dan setiap sekuens garis terhubung yang memungkinkan, dan pada akhirnya membentuk sebuah konsep rasionalitas. Jadi dia bisa mengembangkan pola tertentu untuk karyanya dan kemudian bebas-bebas saja untuk mendobrak pola tersebut, dengan menumpuk lingkaran atau segitiga dalam kisi berulang yang kemudian menyembunyikan ketidaksempurnaan yang ada dari karyanya. LeWitt percaya jika pemikiran yang irasional seperti ini pada akhirnya akan mendorong kita pada pengalaman baru – bentuk dan ide baru.

2. Pikirkan Secara Mendalam Tentang Pemikiran Kita Sendiri Sebagai Makhluk yang Terus Berkembang dan Bukan Status Quo

 

Seperti disebutkan di atas, bagi LeWitt ide itu sendiri merupakan seni dan seni selalu berkembang. jadi kita seharusnya mempersiapkan pikiran kita untuk berkelana ke berbagai arah yang tak terduga, tanpa aturan pikir yang telah ditentukan sebelumnya. Rangkaian pkiran kita mungkin pada satu titik akan menghasilkan sebuah bentuk ide yang solid, dan harus diingat jika proses ini sama pentingnya dengan hasil yang akan didapat atau dituju.

Mural-muralnya menangkap semangat ini. Jelas dalam proses namun tidak benar-benar akurat dalam hasilnya. Setiap titik harus disebar secara merata di area dinding yang menjadi objek dan setiap titik harus dihubungkan dengan garis yang lurus. Mudah dibayangkan bagaimana instruksi seperti ini dapat berkembang menjadi sebuah karya seni indah yang dipenuhi dengan bentuk-bentuk tak terduga.

3. Jangan Terlalu Serius

Salah satu pernyataan LeWitt yang terkenal adalah, “The artist may not necessarily understand his own art. His perception is neither better nor worse than that of others.” Pernyataan ini mungkin merupakan konsep paling membebaskan yang bisa dibisa diaplikasikan dalam hidup seorang pengagum seni. Cara kita menjalani hidup bukan berarti lebih buruk atau lebih baik dari orang lain, karena persepsi bagaimanapun adalah subjektif sifatnya. Jadi, ambil nafas panjang dan lakukan sebagaimana yang dilukan oleh LeWitt. Jika ia saja bisa begitu rendah hati tentang profesinya, dan mengakui jika seorang seniman tidak memiliki hak mutlak dalam kepemilikan kebijaksanaan, maka kita juga bisa.

4. Memahami Orang Lain Perlu Waktu Dan Kesabaran

LeWitt sering mengatakan kalau ide yang ada di balik sebuah karya seni dibentuk dalam benak sang seniman. Proses untuk mengeksekusi ide tersebut dikerjakan secara “buta”. Hasilnya, banyak efek samping yang sang seniman tidak bisa bayangkan. Salah satu efeknya adalah kesalahpahaman yang terjadi antara sang seniman dengan orang-orang yang menikmati karyanya. Sebenarnya ini merupakan hal yang normal saja.

Dua orang yang berbeda bisa memandang mural penuh warna yang sama dan kemudian mereka memiliki opini yang berbeda terhadap mural tersebut. Mereka kemudian akan terlibat dalam sebuah diskusi tentang bagaimana seharusnya mural tersebut dipersepsikan. Masing-masing mungkin merasa jika pandangan mereka adalah yang benar. Jadi kesimpulannya, perbedaan pendapat bisa digunakan sebagai dasar ide untuk karya seni baru dan tentunya percakapan yang baru pula.

5. Yakinlah Pada Ide-Ide Bagus

LeWitt memberi peringatan, “ide yang jelek tidak bisa diselamatkan dengan eksekusi yang indah.” Ini berarti, terlepas seberapa keras kita bekerja dalam hidup, kadang-kadang mungkin bukan itu maksudnya. Bagaimanapun pemikiran mendalam dan kesabaranlah yang akan bertahan. Jangan sampai kehilangan keyakinan. Karena pada akhirnya “memang sulit untuk mengerjakan dengan sembrono sebuah ide yang baik.” Dan sudah seharusnya kita merasa nyaman dengan kenyataan seperti itu.

 

Sumber gambar: huffingtonpost.com

Penulis: Haris Fadli Pasaribu

Workshop Komik IFI

IFI Jakarta menyelenggarakan workshop (Masterclass) selama 3 hari berturut-turut yang akan dipandu oleh komikus Perancis: JOEL ALESSANDRA* Workshop dimulai sejak Hari MInggu (20 Mei) sampai Selasa (22 ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official