Art

Berkarya Itu Asalnya Dari Dalam Hati

Hari Minggu tanggal 7 September yang lalu Kopling hadir di malam pembukaan pameran GARIS. Seperti yang sudah Kopling bahas di artikel sebelumnya, pameran GARIS ini merupakan proyek kolaborasi antara Mahendra Nazar (SUMMON studio) dan Putra Buchari (Studio 108), yang lebih akrab dipanggil Mahe dan Babet.

Sebenarnya sudah cukup lama Kopling mengetahui proses persiapan pameran ini. Dari beberapa kali perjumpaan dengan Mahe di acara-acara berkesenian ibu kota #tsah, obrolan ringan seputar wacana pameran ini sering menjadi topik pembicaraan. Namun tidak hingga sekitar (mungkin) 1,5 bulan lalu Kopling dapat kesempatan untuk ngobrol lebih tentang konsep pameran, dan hal-hal apa yang menjadi trigger terciptanya GARIS tersebut.

Di penjelasan pamerannya, Mahe dan Babet menjelaskan bahwa Batasan itu selalu menjadi isu di segala aspek hidup setiap mahluk. Batasan di sini bisa berbentuk macam-macam, bisa batasan pemikiran, batasan ruang gerak, batasan moral, dan lain sebagainya. Coba bayangkan diri kamu terjebak di sebuah ruangan sempit, gelap, tanpa jendela. Susah bergerak, bahkan hingga susah untuk bernafas. Tentunya hal tersebut dapat membuat seorang manusia menjadi, GILA!

Karya respon lewat nada dari Babet dengan judul “Makan Tuh Kusut!”

Karya Babet di atas sangat menggambarkan situasi kalut ketika Batasan yang sifatnya negatif datang menghampiri kita. Suara ketukan cajon berdegup kencang seakan berusaha mengikuti irama petikan gitar yang nampaknya saat itu “kusut” beneran. Baru saja terdengar keduanya mulai seirama, datang distorsi gitar yang memekakkan telinga. Tapi tanpa disangka, gabungan semuanya menciptakan sebuah aransemen musik yang sangat menarik! Begitu pula halnya dengan Batasan, apakah pada akhirnya Batasan tersebut memaksa kita untuk merasa “nyaman”, atau Batasan tersebut justru menyembunyikan sebuah kesempatan untuk kita jadi lebih berkembang? Itu semua tergantung dari sudut pandang kita.

6-karya-mahendra-nazar-untuk-pameran-GARIS-di-thats-life-coffee-jakarta

6 karya Mahendra Nazar untuk pameran GARIS di That’s Life Coffee, Jakarta

Masih ada 5 aransemen musik lagi yang ditampilkan pada malam itu. Masing-masing merespon karya yang dibuat Mahe untuk menggambarkan proses transisi dirinya dari kondisi dibatasi hingga akhirnya keluar menjadi seorang manusia yang lebih baik. Sangat lega ketika pada akhirnya Mahe (lewat dukungan sahabatnya, Babet) memilih untuk menjadi orang yang lebih besar dengan memutuskan untuk mengambil kesempatan tersembunyi (yang ternyata lebih baik) di balik Batasan yang selama ini menghantuinya, ketimbang menyerah atau bahkan melawan Batasan tersebut lewat tindakan yang negatif. Memang terbukti kalau berkarya itu bisa menjadi media terapi yang efektif, apalagi kalau memang berkaryanya itu asalnya dari dalam hati.

Pameran GARIS berlangsung dari tanggal 7 hingga 28 September 2014 di That’s Life Coffee, Jalan Gunawarman No 24, Jakarta Selatan. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi website SUMMON studio di sini.

About author

Ecce Homo di Foto Jackson 5

“Ecce homo” adalah sebuah istilah dalam bahasa Latin yang dipake oleh Ponsius Pilatus pada saat penyaliban Kristus. Nggak ada hubungannya sama orientasi seksual seseorang, tapi ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official