Quick Questions with Resatio Adi Putra

Kopling cukup sering  mengerjakan proyek bersama Resatio, seorang seniman kolase asal Bandung yang karya-karyanya sudah banyak diikutsertakan di berbagai pameran maupun acara di dalam dan luar negeri. Tapi, beberapa bulan belakangan ini memang proyek kerja sama belum bisa dilakukan lebih lanjut karena Tio, panggilan akrabnya, lagi pergi jauh ke Australia untuk waktu yang nggak cuma 1-2 bulan. Kamu yang mengikuti Instagram Tio juga pasti menyadari hal yang sama, karena sejak akhir Desember 2017 lalu Tio nggak lagi berdomisili di Bandung. Penasaran nggak sih ngapain aja dia di sana? Kopling sih iya, makanya untuk #QuickQuestions kali ini, Tio jadi tamunya! Baca bareng yuk berita terbaru tentang Tio di Negeri Kangguru.

Kopi Keliling (KK): Mengintip di Instagram, nampaknya lagi “main” di Australia nih dalam waktu cukup lama. Ngapain aja sih? Yang dikerjakan saat ini sesuai dengan ekspektasi di awal nggak?

Resatio (R): Hahaha, iya saya lagi main di Australia. Lagi residensi tepatnya selama setahun. Nggak deng, bercanda. Saya lagi menjalani Work Holiday Visa di Australia, jadi saya bisa bekerja dan berjalan-jalan di Australia selama setahun. Kerjaannya bisa apa aja, kebetulan saya sekarang menjadi buruh tani, hahaha. Super random. Tapi rencana saya di sini emang bekerja, jalan-jalan, membuka mata, dan membuka jalan dalam kekaryaan saya juga. Sambil menyelam, minum air. Saat pertama kali kerja d isini, rasanya ingin pulang ke Indonesia sih, karena berat banget, tapi sekarang udah dalam fase “nrimo” aja, ya mau gimana lagi, harus dijalanin. Sekarang rasanya udah biasa aja.

KK: Gimana awalnya kok bisa memutuskan untuk pergi ke Australia beberapa lama? Ceritain prosesnya dong.

R: Gue diajak pacar untuk ikutan WHV, terus gue mau, karena gue emang suka jalan-jalan dan berkunjung ke tempat yang belum pernah didatengin. Prosesnya cukup lama, dari tes IELTS bulan Januari 2017, daftar ke imigrasi bulan Februari 2017, interview di imigrasi bulan Oktober 2017, lalu visa granted bulan Desember 2017. Kalo mau coba daftar WHV, pembukaan pendaftarannya bulan Juni nanti, pantengin aja web imigrasi Indonesia.

KK: Selain jadi petani, ada berita terbaru apa nih soal pengkaryaan? Rencananya selama di sana bakal bikin/ikut keriaan apa?

R: Sejujurnya malah jadi kurang produktif nih, karena sekarang udah kecapean banget kerjaan. Tapi saya lagi mikir sih tentang kekaryaan, mau keluar dari zona nyaman lagi, mungkin akan mencoba medium baru atau tema baru. Di sini saya terinspirasi banyak hal sih tapi. Lalu nanti bulan Maret saya mau mengunjung Melbourne Art Book Fair, kebetulan zine/art book saya Visual Thief Vol. 3 menjadi nominasi shortlist untuk The Cornish Family Prize, sebuah award untuk art and design book, nah pengumuman pemenangnya nanti waktu Melbourne Art Book Fair. Saya yakin saya ga akan menang sih, tapi lumayan aja ini, prestasi.

KK: Setelah kira-kira sebulanan di Negeri Kangguru, udah menemukan keseruan apa saja?

R: Ada pengalaman saya jalan-jalan ke galeri dan creative space di sekitar tempat saya tinggal, yaitu Devonport Regional Gallery, Burnie Arts and Function Center, dan Burnie Makers’ Workshop; ketiga tempat itu benar-benar mendukung medan sosial kreatif di Tasmania (setidaknya yang saya perhatiin), negara bagian yang sekarang saya tinggali. Belum lagi waktu gue jalan Museum of Old and New Art, isinya ratusan karya permanen dan karya pameran khusus. Gila pokoknya. Pikiran langsung ngebanding-mandingin sama keadaan di Indonesia, beda banget sumpah. Berdarah-darah kalo di Indonesia mah.

KK: Hal apa yang paling lo kangenin dari Indonesia saat tinggal di sana?

R: Sate Padang.

 

Intip lebih jauh kegiatan Resatio di: @resatio.

About author

Kebangkitan Kopi Turki di Era Modern

Teknologi seringkali menghancurkan tradisi, dan tidak sedikit kita menemukan tradisi yang tergerus atau bahkan menghilang seiring dengan perkembangan zaman. Proses yang terlalu lama atau teknologi ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official