Q for Queer

Sekitar beberapa tahun lalu saya berkenalan dengan seorang temannya teman yang berasal dari Amerika. Karena teman saya yang bernama Anjas ini ke luar kota, alhasil saya menggantikan dia untuk nemenin temennya ini selama di Jakarta. Namanya Jiny U. Seorang animator dan seniman berbasis di Washington DC.

Setelah ngobrol-ngobrol, ternyata Jiny adalah lulusan Pratt Institute dan NYU yang mengambil jurusan seni dan animasi. Saat ini Jiny mempunyai studio kolaborasi animasi bernama Tofu Riot Studios. Sebagai seniman Jiny sudah beberapa kali mengadakan pameran kolektif di Washington DC, NYC, Houston, Texas, dan Philadelphia.

Beberapa di antaranya adalah ‘Here & Now’, sebuah pameran yang mengangkat isu-isu tentang tempat, waktu, kerapuhan, keamanan, dan fantasi. Diselenggarakan oleh Transformer Gallery, di sebuah gedung tua di 1840 14th Street, NW, Washington.

“The daily staple” – Jiny U – Bowls, spoons, hand grenades, 2008

Pameran ini mempunyai kisah yang ironis. Karena “permasalahan” ijin, keamanan, dan lain-lain, pihak kota menutup pameran yang menghadirkan karya dari 14 seniman tanpa memperbolehkan mereka mengamankan karya-karya yang sudah dipasang sesuai dengan bentuk gedung (site -specific installations). Di antara karya tersebut ada yang menggunakan 100 ikan hidup. Setelah insiden ini, hanya 25 ekor ikan yang berhasil bertahan hidup. Lebih lengkap mengenai cerita pameran ini bisa kamu cek di sini, dan di sini.

QUEER PROJECT

Jadi beberapa waktu lalu Jiny menghubungi saya via facebook dan mengajak Kopi Keliling untuk ikut meramaikan sebuah proyek baru yang berjudul ‘Q’. Jadi intinya sih proyek ini ingin mengangkat tentang ‘Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender‘. Sebuah hal yang (mungkin) masih cukup “sensitif” di Indonesia, bahkan Asia.

Jiny ingin mengangkat dan mengajak para seniman LGBTQ yang ada di Indonesia untuk berpartisipasi dalam proyek ini untuk menciptakan dialog dengan para seniman lainnya di Amerika. Untuk lebih lengkapnya mengenai proyek ‘Q’ ini, yuk simak obrolan saya dengan Jiny U di bawah ini.

RM: Apa nama proyeknya? Siapa penggerak di baliknya?

JU: Saya masih sedang dalam tahap mengembangkan proyeknya, tapi untuk sekarang sebut saja sebagai proyek “Q”. Saya sudah merencanakan proyek ini sewaktu masih berada di Asia Tenggara. Saat itu, saya masih terbilang baru di dunia seni dan mulai bertemu dan bekerja dengan beberapa seniman di Singapura. Saya berjumpa Studio Revolt di Kamboja, dan Anjas, yang berlokasi di Jakarta, mengenalkan saya ke Raymond di Indonesia. Studio Revolt melakukan tur seni dan bincang-bincang di Singapura dengan dana terbatas dari beberapa pendukungnya yang luar biasa, termasuk The Substation.

RM: Kenapa kamu memulai proyek ini? Apa sasaran ingin kamu dapatkan?

JU: Saya mulai berpikir, bagaimana kalau seniman dari berbagai negara lain mencoba membantu membawa sejarah dan kebudayaan negara mereka ke tempat yang mudah diakses oleh orang banyak. Gagasan pertukaran dan interaksi global telah terbukti sangat bermanfaat buat saya dan para seniman juga bisa menunjukkan karya-karya mereka di negara lain untuk saling berdialog, berkolaborasi, dan bertukar ide. Melalui proyek “Q”, saya ingin menghilangkan tembok penghalang dan meneliti tentang penggambaran LGBTQ di Asia Tenggara, serta mencari tahu apa arti menjadi seorang seniman di Asia Tenggara, dan tentunya untuk mengumpulkan  para pemimpin tangguh dari beragam komunitas yang masih kurang terlihat di ranah global. Pada dasarnya, proyek ini adalah sekelompok seniman yang memamerkan karyanya di Amerika Serikat.

RM: Bagaimana kamu bisa terlibat di proyek ini?

JU: Saya membuat gambaran rencana proyeknya dan cukup beruntung karena memiliki teman-teman yang sangat suportif dan bisa bekerja dengan sekelompok seniman hebat di Asia Tenggara.

RM: Apa peranmu di proyek ini?

JU: Saya mengkurasi pameran yang akan diadakan di tahun 2014, dan akan menggalang dana untuk menutup biaya pengiriman karya ke Amerika.

RM: Bagaimana caranya supaya para seniman di Indonesia bisa berpartisipasi?

JU: Saya mencari seniman yang mengidentifikasi diri mereka sebagai LGBTQ dan berbasis di Asia Tenggara. Mereka bisa mengirimkan karya apapun dari bentuk seni berikut: literatur, seni pertunjukan, visual, mixed media, newforms, grafiti, dll. Cukup kirimkan CV, biodata, beserta contoh karya atau link portofolio ke tofu.riots@gmail.com.

RM: Ketika seniman ini terpilih, apakah mereka akan diminta untuk mengirimkan karya seni?

JU: Jika terpilih, mereka akan diminta untuk mengirimkan materi dasar seperti CV dan biodata untuk pameran. Seniman akan mengirimkan sendiri karya mereka, tapi kami akan menanggung biaya pengiriman.

 

Nah, kalau kamu tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam proyek ini, kamu bisa menghubungi Kopi Keliling via email, atau langsung saja mengirimkan portfolio, foto karya, dan biodata kamu ke tofu.riots@gmail.com. Semua bentuk disiplin seni diterima: visual, performing, literatur, mixed media, spoken word, grafiti, animasi, dan lain-lain. Karya ditunggu hingga tanggal 1 Maret 2013. Jadi masih cukup banyak waktu yah untuk bisa berpartisipasi dalam proyek ini.

Kamu juga bisa cek informasi dan karya-karya Jiny U di website-nya jinyung.org.

 

——–

Q for Queer

Friday, 28 December 2012
By Kopling

Few years ago I met a friend of a friend who came from the United States in Jakarta. As my friend, Anjas, was out of town, I covered him to accompany his friend while she was in Jakarta. Her name is Jiny U, a Washington DC-based animator and artist.

After chitchatting, I found out that Jiny graduated from art and animation major at Pratt Institute and NYU. At the moment, she owns an animation collaboration studio namely Tofu Riot Studios. As an artist, Jiny has been involved in several collective exhibitions in Washington DC, NYC, Houston, Texas, and Philadelphia.

One of the exhibitions in which she involved was ‘Here & Now’, an exhibition that raised issues about place, time, vulnerability, security, and fantasy. The exhibition was held by Transformer Gallery inside an old building at 1840 14th Street, NW, Washington.

The exhibition was quite ironic. Owing to the permit, security, and other “problems”, the city administration closed the exhibition that exhibited artworks from 14 artists without allowing them to secure their site-specific installation artworks. One of the artworks were using 100 live fishes. After the incident, there were only 25 fishes alive. You can read the complete story of the exhibition in here and here.

QUEER PROJECT

So, few times ago Jiny contacted me through facebook and asked Kopi Keliling to participate in a new project called “Q”. Basically, the project wants to raise issues about ‘Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender’, the issues that is probably still quite “sensitive” in Indonesia, or even Asia.

Jiny wants to speak up and invites LGBTQ artists in Indonesia to participate in the project to create dialogues with other artists in the United States. For more information about the “Q” project, let’s read my discussion with Jiny U below.

RM (Raymond Malvin): What is the name of the project? Who is behind it?

JU (Jiny U): I’m still in the developing stages of the project, but for now we can refer to it as “Q”. I planned this project while I was in Southeast Asia. At the time, I was really new to the arts scene and started meeting and working with some artists in Singapore. I met Studio Revolt in Cambodia, and Anjas, who is based in Jakarta, introduced me to Raymond in Indonesia. Studio Revolt did an art tour + talk in Singapore with minimal funding from a few great supporters including The Substation.

RM: Why did you start this project? What goals do you want to achieve?

JU: I started thinking about how artists from other countries help to bring their own history and culture to places where it isn’t accessible. The idea of global exchange and interaction proved to be very beneficial in my experience and allows artists to show their work in other countries for dialogue, collaboration and exchange.

With “Q” I’m hoping to break down barriers and examine what this stereotype of how queer LGBTs in Southeast are defined, what it means to be an artist in Southeast Asia, and of course to gather strong leaders from communities that are still underrepresented in the global spectrum. The project is basically a group of artists showing their work in the U.S.

RM: How did you get involved in this project?

JU: I sketched out the plan for the project and am fortunate enough to have supportive colleagues and to be working with a great group of artists in Southeast Asia.

RM: What is your role in the project?

JU: I’m curating the show for 2014, and will be fundraising at a later date to cover the costs of shipping the artwork overseas to the U.S.

RM: How can artists from Indonesia participate?

JU: I’m looking for any artists who identify as queer or LGBT and are based/from Southeast Asia. Any art form works for the project: literary, performing, visual, mixed media, new forms, graffiti, etc. Just send a cv, bio with samples of your work or a link to your portfolio to tofu.riots@gmail.com

RM: If the artist is chosen, will they be asked to send the artworks or what?

JU: If selected, the artist will submit basic materials such as cv and bio for the show, and artists will ship their own work, costs will be covered for shipping.

 

If you are interested in participating in the project, you can contact Kopi Keliling by email, or just send your portfolio, pictures of your artworks, and your bio to tofu.riots@gmail.com. All kinds of art are accepted: visual, performing, literature, mixed media, spoken word, graffiti, animation, etc. The submission is open until March 1, 2013 the latest. So you still have a lot of time to participate in the project.

You can find out more information about the project and Jiny U’s artworks on her website: jinyung.org.

 

Artikel oleh: @RaymondMalvin

About author

[Open Call] Pameran Amal ACT #2

Masih inget kan sama keriaan acara ACT dan rangkaian gambar bareng adik-adik panti asuhan tahun 2012 lalu? Membuat acara pameran amal tersebut untuk menjadi salah ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official