Plastic Pacific

Masalah polusi adalah masalah yang serius, termasuk polusi plastik di lautan. Binatang-binatang laut sering ngira bahwa plastik-plastik ini bisa dimakan, dan banyak yang mati karena makan plastik ini. Ada 260 jenis binatang laut (termasuk burung-burung yang hidup di daerah pantai) yang berpotensi makan plastik ini. Di Lautan Pasifik, jumlah plastik 6 kali lebih banyak dari jumlah plankton di dasar laut. Udah parah banget kan berarti? Bisa-bisa lama kelamaan lautan kita penghuninya bukan lagi ikan dan binatang-binatang laut lainnya, tapi tempat penumpukan sampah plastik!

Meskipun plastik akan hancur kalo lama kelamaan kena panasnya sinar matahari, tapi plastik nggak akan pernah bener-bener bisa hancur. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of British Columbia mengatakan bahwa perut burung-burung laut kebanyakan isinya plastik (bungkus permen, styrofoam). Jadi memang jumlah polusi plastik di lautan terus meningkat tajam.

Seorang fotografer Australia yang bermukim di Melbourne, Kim Preston, menarik perhatian tentang masalah ini dengan membuat sebuah serial foto yang dia beri judul “Plastic Pacific“. Kim “menciptakan” binatang-binatang laut yang terbuat dari shower cap, sedotan, kantong plastik.

Konsepnya sebenernya sederhana dan anggarannya juga nggak banyak. Preston motretnya pake Nikon D5000, lensa Nikkor 85mm f/1.8, lampu flash Nikon SB600, and Wesctott 43-inch Orb di halaman belakang rumahnya sendiri. Tadinya dia mau make akuarium ikan, tapi karena dananya terbatas dia jadi terpaksa untuk jadi lebih kreatif. Untuk membuat karya-karyanya keliatan lebih sempurna, Preston make Photoshop untuk menciptakan ilusi yang ditangkap di dalam air.

Siapakah Kim Preston itu?

Kim pernah sekolah melukis sambil nyambi jadi waiter, dan sekarang Kim adalah seorang web designer, digital designer, dan ilustrator. Kim sering traveling dan suka banget sama fotografi.

Apa yang menginspirasi Kim dan gimana project “Plastic Pacific” ini dimulai?

Kim yang sering traveling ini udah pernah keliling Asia Tenggara dan negara-negara lainnya. Dan yang menarik perhatiannya adalah sampah yang ada di mana-mana, termasuk waktu dia ke sebuah pulau kecil di Indonesia. Saat itu dia ngeliat “gunung plastik” yang tebentuk dari botol-botol plastik, kantong-kantong plastik, dan kursi-kursi plastik yang udah patah yang saking tingginya sampe nutupin jalan. Kim prihatin dengan apa yang dia liat, dan dia sangat frustrasi. Begitulah awal proyek ini terjadi.

Jadi, apakah Kim punya hubungan yang dekat dengan laut?

Kim baru belajar menyelam 3 tahun yang lalu, karena tadinya dia fobia banget. Kim pernah diving di Sicily, Aquaba (Yordania), Ko Tao, dan terakhir dia diving di Gili (Lombok) dan dapet sertifikat PADI di situ.

Kim mengaku bahwa dia bukan orang yang suka disuruh-suruh dan nggak suka dikotbahi. Kim membuat project ini murni karena keprihatinannya, tanpa maksud menggurui siapa pun, meski pun dia berharap akan lebih banyak orang sadar untuk nggak buat sampah, terutama yang bahannya terbuat dari plastic, di laut. Dia hanya ingin menginspirasi para penikmat seninya.

Nggak jauh beda dengan Kim, tahun lalu Kopling pernah juga ngebahas tentang “Flows to Bay”. Jadi memang masalah sampah plastik di laut ini udah lama banget menarik perhatian para seniman. Semoga nantinya bukan cuma para seniman yang tertarik sih ya, tapi kita semua juga.

Yuk mulai sekarang kita jangan buang sampah sembarangan, terutama sampah plastik, kalo kita masih kepingin laut kita isinya binatang dan bukan sampah.

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official