Perjalanan Sebuah Minuman Kopi

Sekarang ini ngopi adalah hal yang gampang banget. Segala rupa kopi, mulai dari tanamannya sampai biji, bahkan kopi instan serbuk dan kopi beli jadi juga udah ada di mana-mana. Nggak ada kriteria atau kategori tertentu untuk jadi seorang penyuka kopi, karena ngopi itu bebas untuk diminum oleh siapapun—kecuali orang yang ngga suka kopi dan orang-orang yang punya masalah kesehatan karena minum kopi. Tapi jauh sebelum itu, ternyata kopi itu pernah jadi salah satu minuman terlarang walaupun nggak ada kandungan alkoholnya. Yang jadi pertanyaan adalah, apa aja sih alasan pelarangan kopi waktu itu?

Berdasarkan catatan sejarah, penanaman kopi dengan tujuan komersil terjadi di abad ke-15 di negara Arab. Negara-negara konsumen seperti Mesir, Suriah, Turki, dan Aden punya sebutan sendiri untuk minuman yang satu ini, yaitu ‘Anggur Arab’. Karena dagangan kopi ini laku sejak zaman itu, petani menjaga penyebaran benih kopi dengan ketat agar negara lain selalu membeli biji kopi dari Arab. Ya emang sih terkesan monopoli perdagangan tapi itulah yang terjadi, manusia emang nggak mau rugi dari zaman dulu.

Seabad kemudian, tepatnya tahun 1511, kopi sempat dianggap haram dan dilarang oleh gubernur Mekah bernama Khair Bey. Pelarangan ini nggak sembarangan dibuat, justru ketetapannya mengacu kepada hukum ajaran agama Islam. Tapi ternyata setelah setelah diusut, pelarangan itu terjadi cuma karena si Bapak Gubernur Khair Bey terlalu subjektif dalam menilai kopi dan orang-orang yang menyukai kopi.

Jadi latar belakang ceritanya adalah, waktu itu Khair Bey mengira orang-orang yang lagi ngopi di sore hari itu lagi minum anggur. Lantas karena prasangka yang dia punya itu akhirnya dia menyusun sebuah pertemuan. Semua orang yang punya jabatan penting hadir di sana untuk ngobrolin pelarangan kopi. Lalu hasilnya adalah pelarangan itu bener-bener ditetapkan. Yang lebih parahnya lagi adalah, mereka bukan cuma nggak boleh ngopi tapi semua kedai kopi ditutup dan setiap biji kopi yang ditemukan oleh aparat penegak hukum langsung dibakar.

Kalo sekarang kayaknya ngga mungkin bisa begitu, wong duitnya kenceng kok. Lagipula kalo sampe ada gubernur model begitu, itu sama dengan memperpendek masa jabatan, iya nggak?

Untungnya pelarangan itu dibatalkan dan dihapuskan oleh Sultan Salim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Larangan itu juga sukses besar membuat si Sultan marah dan mengecam keras tindakan Khair Bey yang juga dianggap sebagai penghinaan terhadap kerajaan. Pasalnya adalah, kopi pada saat itu diperbolehkan di Kairo, ibukota Kesultanan. Alhasil Khair Bey dicap sebagai “perampok dan pemeras masyarakat” dan dapet hukuman yang berat.

Ngga cuma sampai di situ, pelarangan kopi juga pernah terjadi di belahan bumi bagian lain. Pendeta-pendeta Italia pernah berteori tentang adanya sebuah konspirasi politik besar di balik kopi yang dilakukan oleh sultan-sultan muslim. Yang satu ini agak sara memang, tapi, teori para pendeta menyebutkan bahwa kopi sengaja dijual untuk menggantikan anggur yang identik dengan ajaran Katolik. Dari teori itu pelarangan ngopi lagi-lagi muncul dan siapapun yang berani minum kopi akan mendapatkan hukuman.

Agak sama dengan yang sebelumnya, Kristen Ortodoks Etiopia juga pernah melarang umatnya untuk ngopi. Alasannya adalah karena para pemuka agama mengasosiasikan kopi sebagai minuman muslim. Itu terjadi di tahun 1889. Tapi sekarang kopi udah jadi minuman nasional bagi seluruh umat beragama di sana.

Sampai di sini kita bisa merasakan betapa serunya persepsi orang-orang tentang kopi, dan gimana kopi punya perjalanan panjang untuk bisa sampai di supermarket dan dinikmati orang-orang banyak. Kita bahkan juga bisa ngasih anggapan kalau kopi itu punya keterikatan konteks, dari mulai keagamaan, ekonomi hingga politik kenegaraan.

Kita bisa tengok Raja Frederick Agung dari Prussia yang melarang kopi atas alasan faktor ekonomis, karena Prussia harus melakukan impor kalau mau ngopi, sementara impor barang di zaman itu nggak murah. Nah, dari situ juga mungkin Raja Frederick menaruh nilai gengsi aristokrat pada kopi, yang artinya, hanya yang kaya yang bisa minum kopi. Atau di masa itu, di tahun 1777, kopi cuma boleh dinikmati sama golongan sosial sekelas bangsawan.

Dari cerita-cerita di atas terlihat kalau di zaman dulu orang-orang punya kesulitan untuk ngopi apapun faktornya. Tapi sekarang, siapapun yang punya duit dua ribu perak juga udah pasti bisa ngopi di warung terdekat. Ya kalau ada yang mau keren-kerenan juga bisa ajak temen ke kedai kopi yang lagi ngetren. Tapi terlepas dari itu semua kesimpulannya adalah larangan-larangan itu sama dengan bukti bahwa kopi digemari orang-orang di berbagai penjuru, dari saat di mana kalangan pemerintah punya kuasa penuh, sampai sekarang di mana masanya orang-orang bisa meneriakkan protes kepada siapapun semudah mendapatkan secangkir kopi.

About author

Saya Sarjana Ilmu Kopi!

University of California di Davis yang lebih dikenal dengan nama UCD atau UC Davis termasuk 10 universitas paling terkemuka di California dan yang ketiga paling ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official