Pelukis Mulut

Banyak orang yang sebenarnya bisa melakukan banyak hal, bahkan hal yang besar, tapi tidak melakukannya. Catat bahwa tidak mau itu bukan berarti tidak mau, karena keduanya adalah hal yang berbeda. Dan banyak orang yang terperangkap pada rasa mengasihani diri sendiri. Kita memang harus mengasihi diri sendiri, tapi jangan mengasihani diri sendiri karena akan membuat kita susah untuk maju.

Seorang pelajar dari Westcliff High School for Girls di Essex mempunyai sindrom hypermobility yang menyebabkan kecacatan pada persendian. Kegiatan sehari-sehari yang paling ringan sekalipun, seperti memegang sebuah pena, tidak mampu dilakukannya. Tapi bukan berarti Heather menyerah begitu saja.

Menurut guru seninya di sekolah, Heather sangat berbakat di bidang seni. Para dokter yang merawatnya menganjurkan agar Heather berhenti melukis, tapi Heather tidak mau menyerah begitu saja. Heather bukan saja murid yang cerdas, tapi juga sangat keras kepala. Dia tidak mau kecacatannya menghalangi hobinya, karena dia selalu merasa bahagia setiap kali melukis. Dia tidak mau kebahagiaannya direnggut oleh penyakitnya.

Awalnya, dia mencoba menggenggam kuas dengan jari-jari kakinya, tapi kemudian dia terinspirasi oleh Alison Lapper, seorang pelukis yang lahir tanpa lengan, dan Heather pun belajar memegang kuas dengan mulutnya. Dalam waktu setahun, Heather pun jadi terbiasa melukis dengan mulutnya, dan bukan itu saja, dia mendapat nilai A untuk mata pelajaran melukis, juga mata pelajaran lain seperti psikologi, geografi, dan pelajaran agama. Heather menjadi buah bibir bukan hanya di sekolahnya dan bukan hanya menjadi inspirasi teman-temannya, tapi juga jadi perbincangan banyak orang di Inggris.

Orangtua Heather, Anne dan Graham Purdham tidak pernah meragukan kemampuan putrinya dan mereka tahu bahwa Heather akan terus melukis sampai kapanpun, apapun yang terjadi. Darah seni Heather memang diwariskan dari ibunya. Anne adalah seorang guru seni dan kerajinan tangan, dan katanya, “Heather sudah menyukai seni sejak masih sangat kecil. Dia layak mendapatkan semua penghargaan dan pujian itu atas kerja kerasnya.”

Heather berencana untuk bekerja sebagai seorang psikolog paediatrik agar dia dapat menggunakan seni sebagai terapi untuk membantu anak-anak yang mengalami nasib yang sama dengannya.

Sementara Alison Lapper, pelukis yang menjadi inspirasi Heather, sudah mengalami cacat fisik sejak berusia 4 bulan. Dia dijauhi oleh teman-teman dan keluarganya, karena kekurangannya. Bukan hanya lahir tanpa lengan, tapi kedua kakinya juga tumbuh tidak normal.

Pada usia 19 tahun, Lapper meninggalkan Chailey Heritage School dan pindah ke London. Dia mampu mendapatkan ijin mengemudi dan sebuah rumah susun di sana. Dia lalu kuliah di fakultas seni dan arsitektur di University of Brighton dan lulus dengan nilai terbaik! Kalau Lapper adalah inspirasi bagi Heather, maka patung Venus de Millo yang terkenal itulah yang menjadi inspirasi Lapper.

Lapper bukan hanya seorang pelukis, tapi juga seorang fotografer, dan dia sering menggunakan dirinya sendiri sebagai objek karya seninya. Lapper juga pernah menjadi model untuk Marc Quinn yang membuat patungnya saat Lapper hamil. Patung yang berjudul “Alison Lapper Pregnant” itu terbuat dari batu pualam dan menggambarkan Lapper yang sedang hamil besar dan telanjang. Patung ini sangat terkenal, bahkan replikanya pernah dipamerkan di upacara pembukaan 2012 Summer Paralympics. Lapper adalah anggota the Association of Mouth and Foot Painting Artists of the World (AMFPA), dan pada bulan Mei 2003, menerima penghargaan dari MBE atas karyanya di bidang seni.

Kalau mereka yang anggota tubuhnya tidak lengkap bisa berkarya dan berprestasi, seharusnya kita yang “sempurna” harus dapat berbuat lebih bukan? Orang yang pandai adalah orang yang dapat menggunakan kekurangannya menjadi kelebihan.

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official