Paint for Peace

Kita tentunya belum lupa kan sama tragedi bom di Boston Marathon tanggal 15 April 2013 kemarin? Bom yang diledakin sama sepasang kakak-beradik Tamerlan Tsarnaev dan Dzokhar Tzarnaev ini tadinya sebenernya mau diledakinnya tanggal 4 Juli, pas Hari Kemerdekaan Amerika, tapi mereka nggak sabar dan diledakinlah pas Patriot’s Day atau Hari Pahlawan. Duh. Mau tanggal berapa juga, di mana aja, tetep aja yang namanya terorisme itu seharusnya udah nggak boleh ada di muka bumi ini! Orang-orang yang nggak salah dan nggak tau apa-apa yang jadi korban…

Salah satu korban Boston Marathon Bombing kemarin adalah seorang anak laki yang umurnya baru 8 tahun, Martin Richard. Dia korban termuda dan terbunuh di deket garis finish-nya Boston Marathon. Martin ikutan lari marathon itu sama ibu dan adiknya yang umurnya baru 6 tahun. Adiknya kehilangan salah satu kakinya, dan ibunya kena luka parah.

Terinspirasi oleh kematian Martin yang mengenaskan itu, anak-anak Boston bikin art project yang judulnya “Painting for Peace” di Savin Hill Beach. Mereka ngegambar di sebuah banner yang panjangnya 100 kaki dan pesannya adalah: Jangan melukai orang lagi. Berdamailah. “No more hurting people. Peace”. Proyek ini diorganisir oleh Dot Art yang diketuai Liz Carney dan melibatkan 50 orang volunteers dan sekarang banner ini tergantung di Interstate 93 di Boston.

Anak kecil sebenernya punya hal yang ingin mereka omongin, tapi mereka nggak bisa. Melalui gambar inilah mereka ngungkapin perasaannya. Mereka nggak cuma ngegambar di banner itu, tapi jga bikin kartu ucapan dan ngegunting-gunting kertas bentuk hati buat para korban bom. Project ini tujuannya untuk saling menyembuhkan dan juga menghapuskan rasa benci.

Dorchester Responds to Bombing with Sign of Peace from Chris Lovett on Vimeo.

Seorang terapis dari Roxbury, Heidi Katz, punya proyek yang lain lagi. Dia ngegambar manusia seukuran manusia dan minta anak-anak di Boston mewarnai bagian di mana emosi mereka paling terasa. Lalu anak-anak itu ngegambar tempat-tempat di Dorchester (tempat bom itu terjadi) yang menurut mereka memberikan rasa aman, seperti rumah dan gereja.

Nah, kalo ada “Painting for Peace”, ada juga “Paint for Peace”. Yang ini dibuat oleh sebuah organisasi nonprofit dari sebuah komunitas seni dari Hyde Square Task Force. Mereka ngegambar 50 ekor burung merpati sepanjang 5 kaki dengan cat dan stensil di depan Jamaica Plain. Seorang anak yang ikut ngegambar, Stefanie Baez, bilang bahwa seni ngebantu dia untuk rileks.

Proyek ini masih berlangsung, dan rencananya mereka bakal ngegambar 600 ekor burung merpati di seluruh Boston. Anak-anak ini ngegambar dengan kuas yang sama, dan mereka semua prihatin dengan apa yang udah terjadi. Hampir semua anak-anak ini tadinya merasa aman di lingkungannya, sampai bom itu terjadi.

Mungkin terorisme nggak akan berhenti sampai dunia bener-bener ngerti apa artinya itu damai, dan perbedaan nggak lagi dianggap sebagai ancaman. Tapi at least semoga orang-orang yang nggak bisa nerima perbedaan dan memilih kekerasan itu sadar, bahwa anak-anak yang masih kecil ini tulus dalam menyuarakan kerinduan mereka dengan kedamaian.

Semoga kematian Martin Richard nggak sia-sia dan mengetuk perasaan lebih banyak orang lagi. Nggak ada untungnya koq ngebunuh orang, apalagi orang yang nggak salah. Agama mana pun pasti setuju bahwa membunuh itu dosa dan perbuatan jahat, dan kalo mau masuk surga caranya ya harus baik sama orang lain – bukan dengan kekerasan.

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official