Mengenal Istilah Third Wave Coffee

Leaving-San-Francisco016

Harus diakui, budaya kopi semakin lama semakin keren. Kopi yang dulunya dianggap minuman murahan, sekarang nggak lagi murah harganya. Dulu orang cukup ngopi di warung, tapi sekarang orang lebih banyak yang memilih untuk ngopi di tempat-tempat yang lebih keren. Gengsi kopi pun jadi terangkat. Tapi, kapan sebenarnya hal ini mulai terjadi, dan apa penyebabnya?

Di akhir tahun 1960-an, Peet’s Coffee & Tea yang terletak di Berkeley, California diduga sebagai awal pembawa gelombang baru dalam industri kopi ini. Kemudian mulai dari tahun 1970-an di Seattle mulai banyak muncul espresso bar di sana-sini. Inikah yang disebut dengan Third Wave Coffee? Belum. Ini baru awal. Ini baru gelombang kedua dari pembaharuan di dunia kopi. Sementara, gelombang pertama atau First Wave sudah terjadi sejak Abad 19 dan yang meniupkannya adalah orang-orang Italia yang sudah menjadi warga negara Amerika. Third Wave sendiri baru mulai dikenal pada tahun 2002 melalui sebuah artikel yang ditulis oleh Trish Rothgeb.

Third-Wave-of-Coffee-426x259

Lalu apa tujuan sebenarnya dari orang-orang ini ketika menaikkan gengsi dan harga kopi? Begini, sampai hari ini pun orang masih banyak yang mengeluh bahwa harga kopi terlalu mahal. Sementara, para petani kopi sejak dulu sudah lama menjerit karena konon harga kopi yang mereka jual sebenarnya terlalu murah. Memang ada kopi yang dapat dijual dengan sangat murah, tapi sama seperti halnya dengan wine, tentunya yang harganya murah kualitasnya berbeda dengan yang harganya lebih tinggi. Hal ini juga menjadi concern dari Tim Wendelboe, salah satu pelaku kopi terkenal di luar sana. Belum lagi, sebagian penggemar kopi nggak akan lagi puas untuk duduk ngopi di warung. Belum lagi, pengunjung coffee shop masa kini juga menuntut adanya wi-fi dan fasilitas lainnya, termasuk barista yang berpengalaman dan dapat mengolah kopi dengan baik. Ini tentunya membutuhnya biaya ekstra, bukan? Untuk semua “kemewahan” ini, tentunya ada harga yang harus dibayar.

Gengsi secangkir kopi hari ini sudah nggak kalah dengan gengsi segelas wine. Lalu mengapa orang masih berpikir bahwa kopi harganya nggak boleh lebih mahal dari wine, padahal cara pengolahannya sejak masih berupa tanaman, sama-sama sulitnya? Kopi juga punya hak untuk didengarkan, seperti halnya wine. Ketika kita masuk ke sebuah toko yang menjual wine, kita tentunya akan memilih tahun pembuatannya, mereknya, jenis anggur yang digunakan untuk membuat wine tersebut, negara asal dari wine yang ingin kita beli. Kopi juga begitu. Negara asal, jenis biji kopi, kapan kopi itu dipanggang juga sangat penting dalam menentukan kualitas dan harga kopi itu sendiri.

IMG_6582-41-905x603

Intinya, gerakan dan budaya Third Wave Coffee ini adalah dobrakan dari para pencinta kopi agar kopi mendapatkan posisi yang sama dengan wine dan juga makanan yang relatif mahal lainnya, karena kopi juga berhak untuk disejajarkan di sana.

Lalu, apa hubungannya Third Wave Coffee ini secangkir espresso yang setiap pagi kita hirup itu?

Ikuti artikel Kopling selanjutnya!

Sumber gambar: WKT Photography dan beberapa sumber lainnya

Coffee Shop di Bali pt.3

Masih pada inget gak sama artikel “Coffee Shop di Bali pt.2”? Nah, sekarang kita lanjut dengan part 3-nya yuk. Biar next time kalau kamu jalan-jalan ke ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official