Kopi Batman: Kopi Kelelawar & Manusia

Kurang jelas, apakah Batman suka minum kopi atau nggak. Tapi yang pasti, setelah adanya Kopi Luwak dan Kopi Gajah, sekarang ada juga Kopi Kelelawar. Ya, sama seperti Kopi Luwak dan Kopi Gajah, Kopi Kelelawar ini juga dibuat dari biji kopi yang ditemukan di dalam kotoran kelelawar, atau Corynorhinus townsendii.

Di mana kita bisa menemui Kopi Kelelawar ini?

Tidak usah jauh-jauh. Di Indonesia pun sudah dijual dan kamu pun bisa memesannya kalo berminat. Harganya nggak semahal Kopi Luwak, apalagi Kopi Gajah. Cuma Rp 25.000 aja per kilo untuk yang sudah kering, dan Rp 20.000 untuk yang masih berkulit.

Kenapa Kopi Kelelawar bisa lebih murah harganya?

Karena para petani kopi ini nggak usah secara khusus memelihara kelelawar. Kelelawar dengan suka rela sering terbang di sekitaran kebun-kebun kopi dan membuang kotoran mereka di situ. Jadi memang lebih mudah didapatnya ketimbang luwak yang harus dipelihara.

Seorang pria keturunan Sunda-Jepang, Bapak Parman Nataatmadja, yang pernah menjadi pengusaha gaplek, melepas statusnya sebagai pengusaha karena ingin berkonsentrasi sebagai pemimpin PT Permodalan Nasional Madani (Persero) yang salah satu mitranya adalah petani kopi di Gungun Dempo, Pagar Alam, Sumatra Selatan. Daerah ini memang terkenal sebagai penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia.

Parman bercerita bahwa para petani Kopi Kelelawar sebelumnya adalah petani Kopi Luwak, tapi karena pengusaha Kopi Luwak makin banyak dan harganya juga kurang dapat bersaing, mereka beralih berjualan Kopi Kelelawar. Sayangnya, menurut Parman, Kopi Kelelawar ini proses pengolahan biji kopinya masih tradisional dan belum di-blend, jadi aromanya kurang harum.

Di Amerika Serikat, Kopi Kelelawar ini dikenal dengan nama “Guano” dan harganya $300 per seperempat ons.

Beda di Indonesia yang punya Kopi Luwak dan Kopi Kelelawar, beda di Thailand dan Sri Lanka yang punya Kopi Gajah, di Amerika ada seorang laki-laki yang berasal dari Portlan, Oregon, menjual “kopinya”. Kopinya? Iya, laki-laki nekad ini menjual biji kopi yang berasal dari kotorannya sendiri secara online di Craiglist. Waduh! Harganya? $30 per ons, dan dia sanggup mengirim kopi pesanan pelanggannya, bahkan pada hari libur. Astaga.

Laki-laki (atau perempuan?) yang nggak diketahui nama dan identitasnya ini bilang:

“Aku sering membaca di koran, bahwa kopi dari kotoran binatang sangat terkenal dan sangat mahal. Aku udah lama menanam pohon kopi Arabika yang kualitasnya baik. Aku menelan biji kopi ini dan menirukan proses Kopi Luwak. Biji kopinya juga aku panggang sendiri, dan juga aku giling sendiri. Aku cuma bisa memanen 2 ons kopi setiap kalinya. Umurku 47 tahun, dan aku orang yang sehat. Aku jamin kopiku pasti banyak yang suka. Kalo ada yang mau inspeksi spesimen di dalam kotoranku, bisa request.”

Gila, memang. Tapi ada pelajaran yang bisa kita tarik dari 2 “barang baru” di atas. Bahwa kemiskinan dan kekayaan di dunia ini memang nggak terbatas. Orang kaya bisa beli aja apa, dan wajar kalo mereka ingin yang membeli yang terbaik dengan uang mereka – seperti Kopi Luwak atau Kopi Gajah, misalnya. Sedangkan orang yang kurang mampu, cukup membeli Kopi Kelelawar, dan yang lebih nggak mampu lagi malah buat dan jual kopi dari kotorannya sendiri.

Pertanyaannya: Siapa sih yang tega minum kopi dari kotoran manusia? Bisa jadi peserta Fear Factor juga nggak akan ada yang mau, mungkin.

About author

Mereka yang Diubah Oleh Perang

Perang nggak hanya melahirkan penderitaan, kehilangan, luka yang mendalam, tapi juga seniman-seniman besar dan karya-karya seni yang luar biasa. Banyak seniman yang justru merasa terinspirasi ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official