Art

Ketika Hal Negatif Menjadi Sangat Positif

Banyak orang bisa membuat karya yang berkelas dan indah, tapi nggak semua karya yang seperti itu dapat membuat karya tersebut atau senimannya menjadi terkenal. Ketatnya persaingan di dunia seni membuat para seniman membutuhkan lebih dari sekadar kerja keras untuk menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan terkadang memang ada hal-hal di luar norma yang harus dilakukan untuk mencapai kemasyuran. Kejadian itu bisa diciptakan oleh si seniman sendiri, atau terjadi karena keadaan. Dan memang, nggak semua kejadian itu ada kejadian yang menyenangkan, tapi sebuah musibah atau kesalahan pun bisa menjadi pemicu ketenaran.

Hari ini, siapa yang nggak tahu lukisan “Mona Lisa” karya Leonardo da Vinci? Lukisan yang sebenarnya belum tuntas dikerjakan itu bukanlah lukisan yang dikagumi banyak orang sekitar ratusan tahun yang lalu. Leonardo Da Vinci melukis Mona Lisa tahun 1507, dan para kritikus seni baru mengakuinya sebagai sebuah mahakarya lukisan Renaisans pada tahun 1860an. Pengakuan tersebut bahkan nggak tersebar jauh di luar kalangan yang mengetahuinya. Di Museum Louvre sendiri, lukisan Mona Lisa bukanlah yang paling terkenal saat itu.

Lalu kejadian apa yang akhirnya membuat “Mona Lisa” menjadi salah satu lukisan paling terkenal di dunia?

Mona_Lisa

Lukisan Mona Lisa, dari bukan apa-apa menjadi permata tak ternilai (sumber: wikipedia.org)

Dicuri. Ya, alkisah pada tahun 1911, Museum Louvre meminta perusahaan penyedia jasa pemasangan kaca Cobier untuk melapisi beberapa lukisannya dengan kaca pelindung. Salah seorang tukang yang bekerja di sana adalah Vincenzo Peruggia. Cukup lama bekerja di dalam Louvre membuatnya hapal tata letak museum ini. Di suatu Senin ketika museum tutup dan warga Paris sedang bersantai setelah berpesta semalam suntuk di hari Minggu, Peruggia mencuri lukisan Mona Lisa bersama dua orang rekannya. Pencurian ini adalah sebuah kisah pencurian yang paling heboh sepanjang sejarah seni, padahal kisah pencuriannya sangat sederhana.

Mona Lisa sempat menghilang selama dua tahun, dan para penyelidik nggak tahu bagaimana dan di mana harus mencarinya. Nggak kurang dari Picasso dan Apollonaire saat itu juga ikut diinterogasi karena hilangnya lukisan ini. Dunia menjadi heboh, dan semua orang mendadak membicarakannya. Para ahli pun dihubungi dan mereka mengungkapkan teori ini dan itu. Berita hilangnya lukisan ini lalu dibesar-besarkan oleh banyak media, dan seketika Mona Lisa berubah dari lukisan “biasa” menjadi sebuah bahan pembelajaran, bahan perdebatan, dan sebuah ikon.

Mona_Lisa_stolen-1911

Posisi lukisan Mona Lisa yang kosong saat lukisan dicuri (sumber: wikimedia.org)

Pada akhir tahun 1913, baru Peruggia akhirnya tertangkap ketika ia mencoba menjual lukisan Mona Lisa kepada agen seni di Florence, Italia. Kembali lukisan ini menjadi buah bibir banyak orang, dan semakin terkenal. Nggak ada yang tahu sebenarnya apa motif pencurian yang dilakukan Peruggia, dan nggak ada yang tahu apakah ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan Peruggia untuk kepentingan mereka. Sebuah konspirasi menyebutkan bahwa Peruggia hanya suruhan, sementara otak di balik ini semua menjual lukisan palsu Mona Lisa dengan harga tinggi ketika lukisan aslinya sedang menghilang.

Jadi, keterkenalan lukisan Mona Lisa pada hari ini nggak hanya terletak pada jasa pelukisnya, melainkan pencurinya. Tanpa mereka, lukisan Mona Lisa mungkin sampai hari ini hanya akan dikenal sebagai salah satu lukisan terbaik karya Leonardo da Vinci. Kini, Mona Lisa menjadi permata tak ternilai yang bersemayam di Museum Louvre.

Pencurian dalam dunia seni sebenarnya adalah hal yang “biasa”, sebenarnya. Bukan hanya lukisan Mona Lisa, tapi karya Vermeer, Rembrandt, Degas, Monet, juga pernah dicuri – dan hingga kini belum pernah ditemukan. Dan tujuan pencurian itu sebenarnya bukan hanya mengambil lukisan untuk dijual kembali, tapi ada banyak motif-motif lain di balik pencurian sebuah karya seni. Untuk pemalsuan karya seperti yang disebutkan teori konspirasi di atas, misalnya. Pemalsuan karya seni bukan hanya dilakukan oleh para seniman kacangan, tapi beberapa seniman besar juga mengawali karirnya sebagai seorang pemalsu.

WLA_vanda_Sleeping_Cupid

Patung Sleeping Cupid (sumber: wikipedia.org)

Salah satunya adalah Michelangelo, yang karirnya mulai menanjak setelah memalsukan patung “Sleeping Eros”, atau yang juga dikenal dengan nama “Sleeping Cupid”. Pada tahun 1496, setelah selesai membuat patung ini, Michelangelo menguburkannya selama beberapa saat untuk memberi kesan “tua” dan “antik” pada patung tersebut.

Patung “antik” ini sukses terjual melalui seorang makelar kepada Cardinal Raffaello Riario of San Giorgio. Ketika Sang Kardinal mengetahui pemalsuan ini, awalnya dia minta uangnya dikembalikan – namun kemudian dia sangat terkesan dengan bakat Michelangelo dan nggak jadi menuntut. Bahkan beliau membiarkan sang artis menyimpan persenan dari penjualan patung ini.
Karya Michelangelo ini kemudian menjadi milik koleksi d’Este di Mantua dan diletakkan bersebelahan dengan patung yang asli, meskipun kemudian musnah terbakar pada tahun 1698. Seandainya saja patung palsu ini masih ada hari ini, harganya sudah pasti sangat tak terhingga.

Perjalanan sebuah karya seni dan juga karir seorang seniman itu sama seperti perjalanan hidup manusia, sebenarnya. Kadang ada hal-hal yang tragis atau memalukan yang harus dilalui lebih dulu sebelum akhirnya menjadi titik tolak keberhasilan dan ketenaran. Bukan cara yang menyenangkan, memang – tapi bukankah segala sesuatu terjadi karena sebuah alasan tertentu?

Tulisan ini nggak bermaksud memberi ide pada kamu untuk menjadi pencuri atau memalsukan karya orang lain, tapi hanya sebagai gambaran saja: bahwa nggak semua hal baik itu dimulai dengan peristiwa yang menyenangkan.

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official