Di Balik Layar: Kopi Keliling 7 pt.1

Mumpung Kopi Keliling Volume 7 masih berlangsung di Kedai Kebun Forum Yogyakarta, Kopling mau cerita-cerita sedikit tentang gimana ceritanya sampai mendadak Kopi Keliling diadakan di Jogja sekaligus beberapa cerita behind the scene persiapan pameran pertama Kopling di luar Jakarta yang super seru.

Prologue

Tentunya teman-teman pada main Twitter kan? Nah dari sini nih awal-awalnya Kopling kenalan sama sebuah kelompok seniman yang sangat unik dari Yogyakarta. Udah pada bisa nebak kan arahnya ke mana? Yak betul sekali nama mereka adalah Papermoon Puppet Theatre. Pertama kali denger info tentang Papermoon Kopling langsung tertarik dan penasaran dengan karya mereka. Awalnya sih samber-samberan twit aja. Lama-kelamaan jadi ngefans banget! Tapi cuma bisa intip-intip dari jarak jauh.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba, Papermoon mampir ke Bandung mempertunjukkan pentas Mwathirika mereka. Langsung Kopling dan beberapa teman road trip ke Bandung khusus untuk nonton pentasnya. Walau hanya sempet ngobrol kurang dari 10 menit, tapi cukuplah menghibur hati.

Ria dan Iwan selepas pentas di Bandung

ARTJOG

Lama setelah perjumpaan pertama itu #tsaah, kebetulan Kopling mampir ke Jogja untuk ngeliput pameran ARTJOG 2012 kan. Jadi akhirnya kita janjian deh untuk main-main langsung ke markasnya Papermoon. Kalau mau lihat Kopling jalan-jalan kemana aja selain ke Papermoon waktu itu bisa cek di sini, dan di sini.

Pertemuan dengan Papermoon pada saat kunjungan pertama ke Jogja itulah yang mempertemukan Kopling dengan Kedai Kebun Forum. Pengalaman menarik ketika pertama kali bertemu dengan pak Agung dari KKF. Pertemuan waktu itu berlangsung cukup singkat dan lumayan searah, karena entah karena memang senang dengan Kopling atau memang proses bekerja beliau yang super efisien dan taktis, enggak pake ‘ba bi bu’, nama Kopling langsung bertengger di tanggalan acara Kedai Kebun untuk bulan April 2013.

Sebelumnya Kopling sempat bertanya-tanya juga ke Ria dan pak Agung, kenapa juga Kopi Keliling harus diadakan di Yogyakarta, dimana apresiasi seni sudah terbentuk baik, senimannya aktif, dan segudang hal baik lainnya. Kan Kopi Keliling dibentuk spesifik untuk menjawab keresahan seniman/pelaku kreatif di Jakarta. Jelas beda kasusnya Jogja dengan Jakarta. Namun pada saat itu dijawab hanya dengan kurang lebih “Ya kenapa enggak?” (sambil dalam hati geleng-geleng kepala). Yah, Koplling sih ambil positifnya aja pada saat itu dan menjawab tantangan menarik yang tergolong berat itu dengan jawaban OKE!

Ubud Writers Festival, Komunitas Puisi, Kopi Keliling 6

Pertanyaan kenapa harus Jogja itu lumayan memerlukan proses penyerapan cukup lama (padahal cuma dibengongin doang, sama sesekali ngayal dan ngobrol ngalor ngidul sama beberapa teman Kopling). Beberapa pertemuan dengan komunitas puisi, perjalanan Kopling ke Ubud Writers Festival, khususnya pas nonton bagian Teater Satu Lampung, ternyata setelah sekarang disadari adalah bibit-bibit dari format Kopi Keliling 7 versi Jogja. Jadi ternyata ide tuh bisa sudah datang seiring berjalannya waktu. Influence dan lain sebagainya bisa sudah lama hadir dalam diri kita, cuma pada saat itu kita belum bisa sadari.

Penampilan Teater Satu Lampung di UWRF 2012 yang super absurd namun super keren

Pertemuan Kedua

Nah, di tahap-tahap ini Kopling mulai ditagih-tagih untuk bahas lebih detail mengenai acara Kopling Jogja. Dukungan dari pihak venue, dan urusan seni memang sudah ditangan. Namun untuk urusan kopi, pada saat itu Kopling belum punya kenalan sama sekali. Alhasil tim Kopling sekali lagi harus berangkat ke Yogyakarta namun dengan agenda berbeda, yaitu “Berburu Kopi!”. 

Selama 1 hari penuh Kopling melakukan riset kecil-kecilan mengenai gaya ngopi, rasa, sampai isu-isu yang terjadi di Jogja. Mulai dari kedai-kedai kopi hingga lapak kopi pinggir jalan. Semua menampilkan ceritanya masing-masing, dan semua itu sangat menarik. Permasalahan paling umum yang Kopling jumpai pada saat riset kecil waktu itu adalah pengetahuan konsumen terhadap kopi. Yah engga beda-beda jauh lah sama di Jakarta, cuma faktor yang menarik adalah sirkulasi konsumen yang rata-rata adalah mahasiswa itu menjadi problem yang cukup pelik. Karena Jogja merupakan kota pelajar, jadi setiap 3-4 tahun sekali mahasiswanya datang dan pergi. Jadi ‘PR’ para pemilik kedai kopi yang sekaligus aktivis kopi di sana mengalami kesusahan untuk me-maintain loyal customer mereka. Ibarat pepatah “Habis Manis Sempah Dibuang”, mungkin begitulah perasaan mereka saat mahasiswa tersebut kembali ke kota asal untuk melanjutkan perjalan hidup mereka selanjutnya.

Beruntung Kopling bertemu teman-teman seperti Don DendronViki Rahardja, Kiki, Angga, Pepeng, Johan, dan masih banyak lagi teman-teman yang mayoritas tergabung di Barista Istimewa Yogyakarta (BIY). Tanpa dukungan mereka Kopi Keliling 7 tidak akan terealisasi. Walau sampai acarapun permasalahan yang dialami teman-teman tersebut di atas tidak terselesaikan, namun Kopling berharap test case malam itu bisa jadi katalis teman-teman BIY untuk sering melakukan kegiatan-kegiatan serupa di masa mendatang. *amin!*

Di pertemuan kedua dengan Papermoon dan KKF Kopling sedikit curhat. Setelah jalan-jalan ke Ubud Writers Fest, kenalan sama komunitas puisi, dll, pengen banget rasanya Kopling juga punya pentas seni. Dari khayalan itu akhirnya Kopling konsultasi (mengarah ke minta) dengan Papermoon dan mendapat reaksi positif!

Part 2?

Venue sudah. Dukungan komunitas seni sudah. Pendekar-pendekar kopi sudah siap turun gunung. Nampaknya sudah lengkap ya untuk membuat pameran Kopi Keliling? Salah! Karena ternyata itu baru 50 persen dari perjalanan yang mesti Kopling tempuh. Tapi nanti ya ceritanya. Kita sambung lagi di Part 2.

 

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official