Kurang dari sebulan acara Catalyst Art Market #5, yang merupakan salah satu program acara Kopi Keliling Arts & Coffee Festival 2015, akan diadakan! Kali ini Kopling mau ngenalin kamu ke beberapa seniman/ilustrator yang ikut berpartisipasi dan membawa karya-karya keren mereka! Siapa saja? Yuk kita intip dikit profil dan sneak peek karya yang akan mereka bawa saat acara nanti!
1. Ivanna Cerelia
Ivanna adalah seorang desainer grafis dan ilustrator lepas berbasis di Jakarta. Hingga saat ini, karyanya meliputi identitas, ilustrasi, hingga mural. Ketertarikannya dalam mengeksplorasi ragam materi juga mengantarnya aktif memproduksi produk aksesoris seperti anting dan bandana. Saat ini, ia juga rutin mengeksplorasi pola sebagai bentuk studi terhadap bentuk dan warna.
2. Maskrib
Reza Dwi Setyawan, yang akrab dipanggil Kribkrib atau Maskrib, adalah ilustrator asal kota susu Boyolali. Mulai aktif dan serius menekuni ilustrasi beberapa tahun lalu sejak diperkenalkan temannya Ardan Kukuh Prayogo (PRAY) pada dunia ilustrasi. Sampai saat ini maskrib sudah menjadi freelance illustrator dan graphic designer untuk beberapa project komersil. Selain itu Maskrib juga beberapa kali mengikuti pameran kolektif. Saat ini selain mengerjakan project komersil Maskrib juga sedang mengerjakan personal project-nya yaitu merintis art merchandise dari ilustrasinya sendiri “slowboy”.
3. Nugraha Pratama
Nugraha Pratama, yang biasanya dipanggil Aga, sehari-hari bekerja sebagai ilustrator di sebuah studio kreatif bernama Whatever Workshop yang berlokasi di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. Tidak jauh berbeda dari keseharian ngantor tersebut, di akhir pekan Aga selalu melakukan urban sketching, hal ini ia lakukan rutin sejak 2009 karena ketertarikannya juga terhadap dunia menjurnal.
Banyak orang bertanya kenapa harus sketsa, sedangkan sudah ada kamera yang mudah didapat dan menghasilkan foto yang jauh lebih bagus dan cepat. Bagi Aga, sebagai seorang profesional illustrator sketsa itu metode baik untuk melatih skill. Kedua, jauh dari itu dengan mensketsa ia menyalin detail dari apa yang ia lihat, dari sini ia juga banyak belajar hal baru mengenai objek yang ia lihat dan rasakan melalui observasi secara langsung. Ketiga, sketsa itu membuat dirinya bersosialisasi, sketsa itu sangat atraktif banyak orang tertarik menonton karena menurut mereka itu hal yang unik. Bagi Aga yang tidak pandai untuk memulai obrolan dan hal ini adalah strategi yang sempurna. Keempat, dari bersosialisasi tadi ia banyak mendapat “untold stories” dari narasumber yang akhirnya terjebak keasikan ngobrol. Kelima, sketsa baginya adalah meditasi, karena tanpa ada beban klien tentunya.
Sepertinya masih banyak hal yang bisa didapatsketsa namun tidak bisa didapat kamera, karena menurutnya jurnal yang bagus adalah yang mengenal betul dan mampu memperkenalkan objeknya kepada khalayak, bukan soal hasil gambar yang bagus.
Ketika mulai fokus dengan kegiatan urban sketching ini ia menjadi seseorang yang mempertanyakan dan memiliki ketertarikan dengan sejarah tempat tinggalnya, yaitu Jakarta. Bagi Aga, Jakarta adalah kota yang menarik dari segala sisi karena menjadi tempat bertemunya beberapa suku di Indonesia, cara hidup masyarakat di kota yang super sibuk, keberagaman kelas masyarakat, pembangunan yang seakan tidak pernah berhenti, dan hal yang paling menarik adalah Jakarta memiliki sejarah yang juga tidak kalah kompleks dengan kesibukan hariannya.
4. Resatio Adi Putra
Resatio menggunting ensiklopedia dan menyatukannya kembali.
Resatio adalah seorang seniman visual yang berfokus pada teknik kolase. Proses pengkaryaannya mencakup mark making, kolase, dan fotografi yang dikombinasikan dengan proses manual dan digital. Ia berkarya dengan benda-benda temuan dan menciptakan elemen, figuratif, abstrak dan tipografi yang memberikan suasana baru.
Resatio pernah berpartisipasi di Bandung New Emergence Vol. 5 di tahun 2014. Karyanya mempertanyakan dongeng lokal dari Jawa Barat yang mempunyai kesamaan dengan dongeng yang ditulis oleh Aesop dan dongeng lain di seluruh dunia. Baru-baru ini ia juga mengadakan pameran solo bertajuk Flesh + Flora, tentang sebuah percakapan kompleks antara tubuh, alam, dan spiritualitas di Ghostbird Swoon di Sanur, Bali. Flesh + Flora mempertanyakan dan secara visual mengeksplorasi daya tarik Bali, dengan menekankan pada kejadian-kejadian misterius yang masih ada di Sanur.
Ia menggunakan kolase di sebagian besar karyanya sebagai upaya untuk medekonstruksi dan merekonstruksi. Bagaimana cara menambah dan menyembunyikan keberadaan dan bagaimana cara menuliskan ulang sejarah. Kolase tidak hanya tentang menggunting dan menempel, tapi prosesnya dimulai dari awal mula mengoleksi, mencari, dan menemukan bahan. Peralatannya tidak hanya gunting dan lem saja, tapi juga mouse, keyboard, dan layar komputer. Kertas berubah menjadi file JPG beresolusi tinggi.
Seniman kolase itu seperti rubah, mengumpulkan sampah dan menciptakan sesuatu dari sampah tersebut.
Kolase adalah sebuah cara untuk bangkit kembali.
5. Aditya Pratama
Aditya Pratama adalah seorang ilustrator yang senang bermain dengan warna dalam karya-karyanya. Sebelum menjadi seorang ilustrator, ia sudah lebih dulu menggeluti dunia periklanan selama 2 tahun di Jakarta. Sekarang, selain menggambar, kegiatan yang sedang senang ia lakukan adalah memelihara ikan, mendengarkan musik tahun 70-an dan berenang.