Ada sebuah film menarik keluaran tahun 1996 yang berjudul “Basquiat”, yang dibintangi oleh sederet artis papan atas, seperti David Bowie, Dennis Hopper, Gary Oldman, Jeffrey Wright, dan Benicio Del Toro. Film itu dibuatkan berdasarkan kisah nyata tentang seorang seniman muda yang bernama Jean-Michel Basquiat, yang memulai karirnya sebagai seniman jalanan, tinggal di rumah kardus, sampai akhirnya ditemukan oleh Andy Warhol dan menjadi bintang. Berperan sebagai Basquiat dalam film itu adalah Jeffrey Wright.
Kehidupan Basquiat yang singkat ini (meninggal pada tahun 1988 di usia 27 tahun) memang sangat menarik untuk difilmkan. Ketika masih kecil, Basquiat pernah diajak ke ayahnya ke beberapa museum di Manhattan dan didaftarkan menjadi anggota Brooklyn Museum of Art. Di usia 4 tahun dia sudah dapat membaca tanpa ada yang mengajari, dan pada usia 11 tahun dia sudah fasih berbicara dan menulis dalam bahasa Prancis, Spanyol, dan Inggris.
Orangtuanya bercerai ketika Basquiat baru berusia 8 tahun, dan dia dibesarkan oleh ayahnya. Beberapa tahun kemudian ibunya masuk ke rumah sakit jiwa, dan Basquiat melarikan diri dari rumah pada usia 15 tahun. Ketika Andy Warhol meninggal di tahun 1987, Basquiat menjadi sangat terpukul. Dia mengisolasi diri dan menjadi pencandu heroin.
Di awal film “Basquiat” itu, ada sebuah adegan di mana Basquiat kecil dan ibunya tertegun di depan sebuah lukisan berukuran besar yang memotret kekejaman pemboman kota Basque di Guernica pada saat Perang Sipil Spanyol. Kejam, karena yang kebanyakan menjadi korban adalah kaum perempuan dan anak-anak, karena para pria di kota itu sedang menjalani mobilisasi militer.
Saat pemboman itu terjadi, Pablo Picasso, seorang pelukis yang namanya tentu udah nggak asing lagi di telinga kamu, sedang mempersiapkan diri untuk melakukan pameran di Paris, yang tentunya akan membuat namanya semakin melambung. Tapi lalu Picasso melepaskan kesempatannya untuk berpameran, dan malah membuat sebuah lukisan besar tentang tragedi di Guernica itu.
Guernica adalah karya Picasso yang paling mempunyai kekuatan politis, yang dibuat oleh Sang Maestro pada tahun 1937. Ada beberapa interpretasi dari lukisan yang saat ini dapat kita lihat di Museo Nacional Centro de Arte Reina Sofia di Madrid. Banteng dan kuda yang ada di lukisan ini adalah karakter yang penting dalam budaya Spanyol. Picasso menggambar keduanya di situ pasti dengan maksud dan pemikiran tertentu. Spanyol saat itu sungguh terluka. Lalu juga ada lampu di sana, yang melambangkan harapan, di antara objek-objek lain yang berserakan dan berteriak kesakitan. Beberapa orang menganalisa bahwa pendekatan visual Picasso dipengaruhi gaya totem Afrika.
Kehancuran di Guernica terjadi pada pukul 16:30 pada hari Senin, tanggal 26 April 1937 ketika kota yang sebenarnya sudah kacau ini karena pertentangan antara partai komunis, sosialis, anarkis, dan beberapa lagi melawan kaum nasionalis, yaitu Pemerintah Spanyol – diserang hujaman bom oleh German Condor Legion selama 2 jam penuh. Hitler yang saat itu berkuasa, meminjamkan alat-alat perang kepada kaum nasionalis dan menggunakan perang sebagai kesempatan untuk uji coba taktik perang dan alat-alat barunya. Hitler memang sakit jiwa dan kejam.
Jadi, adakah tempat yang aman di muka bumi ini? Kecerdasan Basquiat tidak dapat memberikannya umur panjang. Picasso juga tidak dapat menyelamatkan bangsanya dari serangan Nazi. Manusia saling membunuh dan saling memusnahkan. Apakah manusia masih mempunyai hak untuk hidup tanpa disakiti oleh sesama, dan bahagia?
Dunia memang perlu lebih banyak cinta. Maukah kita menjadikan dunia yang kita huni ini menjadi tempat yang lebih baik?