Azis Wicaksono

 

Kalau pertama kali bertemu dengan Azis Wicaksono, pasti kamu akan mengira dia orang yang pendiam. Kuncinya cuma satu, ajak dia ngobrol tentang seni, dan kamu akan punya teman ngobrol semalam suntuk.

Pria kelahiran 4 November 1991 ini tidak bisa menyembunyikan kecintaannya akan seni. Dari kecil, ia menganggap visual itu sangat menarik dan selalu berusaha ingin tahu bagaimana cara membuatnya, mulai dari meniru gambar yang ada di komik Dragon Ball, hingga gambar-gambar stensil Banksy dan beberapa karya Andy Warhol, semuanya ia kerjakan secara manual. Ajis, panggilan akrab Azis Wicaksono, yang saat ini sedang menempuh kuliah di Jurusan Seri Rupa, program studi Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Semarang, dulunya tidak menyadari kalau ternyata ada software yang bisa membuat visual seperti karya Banksy dengan sekejap tanpa harus membuat sketsa manual dulu.

“Setelah kuliah aku baru tahu, “ ujarnya sambil tergelak. “Tapi di situ aku jadi belajar bahwa sebenarnya membuat hal yang keren dan menyenangkan itu tidak harus selalu menggunakan material yang canggih,” katanya melanjutnya.

tumblr_noj9epUkwr1thoymao1_1280

Justru, berkat trial and error dalam mempelajari seni visual itulah Ajis semakin yakin utuk serius di bidang ini. Ia menganggap proses ini seperti bermain video game, di mana kita dihadapkan pada stage yang mengharuskan kita untuk semakin berkembang, dan berkembang terus, sebelum akhirnya bisa tamat.

Meskipun telah mengikuti pameran di beberapa tempat dan mempelajari seni di institusi resmi, Ajis merasa belum tahu banyak soal seni. “Tapi aku jadi semakin terjerumus, semakin banyak pertanyaan, dan akhirnya semakin berusaha mencari jawabannya. Itu yang bikin aku semangat dan ngebawa aku menemukan peluang yang mungkin tidak didapatkan oleh orang umum lainnya,” kata Ajis.

tumblr_noj9p7jTJI1thoymao1_1280

Hal ini juga yang membuat Ajis semakin memiliki banyak perspektif dalam mencari inspirasi untuk karya-karyanya. Ia selalu merenungkan setiap ide yang terlintas di kepalanya, hingga menemukan banyak ide-ide lain yang kemudian ia olah lagi. Ide-ide itu tidak melulu berasal dari dalam dirinya. Ia juga suka mengamati manusia lain dan mengobservasi sifat dan cara berpikirnya. “Sikap manusia dalam menyikapi hal baik atau buruk itu menjadi sudut pandang yang menarik,” kata Ajis yang sangat tertarik dengan gaya visual lowbrow art dan pop surrealism.

Kopling sudah beberapa kali bertemu Ajis, tapi baru kali ini ia menceritakan pengalaman menariknya dengan kopi yang membuatnya lebih selektif dalam memilih minuman kopi. Bagi Ajis yang sering mengerjakan karya atau commission work di malam hari hingga subuh, kopi sudah seperti teman yang menyemangati di saat kerja. Dulu, Ajis selalu menyukai rasa kopi yang pahit. “Bagiku kopi itu rasanya ya pahit,” katanya. Suatu hari, ia pernah mampir ke Jakarta selama beberapa hari untuk mengerjakan mural di Catalyst Art Shop. Saat berada di sana, ia sempat bertemu dengan beberapa teman dan diajak mencicipi rasa-rasa kopi yang berbeda-beda. “Aku baru tahu, ternyata rasa kopi kok bisa beda-beda ya? Bahkan bisa ada rasa manis tanpa ada tambahan gula!”

Sejak itu, terkadang ia jadi suka membeli biji kopi lalu di-blender sendiri di rumah dan diseduh pakai air hangat dengan suhu 80 derajat Celsius. Nah, sudah tahu kan mau kasih Ajis kado apa saat dia ulang tahun? Hehe…

Lihat karya-karya Ajis lainnya di sini: wicaksonoazis.tumblr.com

About author

Kopi + Ragi = Coffer

Minuman kopi berkarbonasi (sumber: drivethedistrict.com) Kopi bersoda memang bukan hal baru, dan sekarang ada minuman kopi bersoda lainnya yang sedang jadi bahan perbincangan di dunia ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official