Hari Minggu tanggal 14 Oktober kemarin Kopling kembali mengadakan bazaar alternatif yang kedua di Tokove, Kemang. Kekhawatiran kita soal akan terjadi hujan dadakan ternyata nggak kejadian, karena hari itu cuaca cerah secerah-cerahnya sampai kita semua kepanasan. Hehehe…
Saat jarum jam menunjukkan pukul tiga sore, beberapa orang sudah mulai berdatangan ke stand-stand bazaar di lantai bawah tepat di depan Tokove yang diikuti oleh belasan perupa dan brand-brand kreatif yang menjual berbagai prints, boneka, merchandise, dan lainnya. Semuanya bagus-bagus!!
Nggak cuma bazaar, di dalam Tokove sendiri juga diadakan acara ngobrol bareng dengan dua orang yang ikutan bazaar itu juga, yaitu Kiswinar dari Komunitas Pencinta Kertas (KPK) dan Isrol ‘Media Legal’ Triono, mengenai art merchandising. Buat kamu yang masih bingung apa itu art merchandising, mungkin cerita Ika Vantiani ke Kopling di sini bisa ngebantu kamu. Nah… menurut Isrol, yang ngebedain art merchandising dengan merchandise berbau art itu adalah ‘soul’-nya. Dalam arti, sebuah art merchandising biasanya mengandung makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Contohnya adalah karya-karya Kiswinar bersama KPK yang membuat karya murni dari kertas bekas dengan tujuan untuk memberikan nilai tambah dari suatu benda yang sudah dianggap nggak berguna.
Dari karya-karyanya, Kiswinar dan KPK juga ingin menyampaikan bahwa seperti yang banyak diberitakan, penggunaan kertas yang berlebihan membuat semakin banyak pohon-pohon di hutan yang ditebang dan menyebabkan perubahan iklim dan lain sebagainya. Karena itu, kita harus mengambil langkah baik itu menghemat penggunaan kertas atau memanfaatkan kertas bekas menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih.
Setelah diskusi seru bersama Kiswinar dan Isrol, acara berlanjut ke diskusi sebuah buku yang baru saja diterbitkan oleh penerbit Bukune berjudul “Rasa Cinta: Mencecap Cerita di Setiap Rasa“. Buku Rasa Cinta adalah sebuah kompilasi cerita pendek yang ditulis oleh 7 orang penulis yaitu Dewi Subrata, Ariev Rahman, Roy Saputra, Dwika Putra, Lolita Lavietha, Anita Prabowo, dan Wandy Ghani. Di sini para penulis bercerita mengenai latar belakang cerpen mereka dan filosofi di balik setiap kecapan rasa makanan yang mereka jadikan bagian dari alur cerita.
Obrolan demi obrolan berlangsung dan nggak terasa sore pun semakin gelap. Begitu diskusi buku selesai, acara dilanjutkan dengan pertunjukan musik yang keren banget dari Firzi O dan LCD Trip. Sementara ada sebagian orang yang memilih untuk duduk santai di Tokove sambil mendengarkan musik dan ngobrol cantik, banyak dari mereka juga yang memanfaatkan waktunya untuk melihat-lihat bazaar di lantai bawah Tokove sambil mendengarkan musik blues dari Break Time Blues yang sempat jamming sebentar sebelum waktunya mereka main.
Sebagai penutup dari acara Art Market #2 adalah pertunjukan musik dari Break Time Blues di dalam Tokove dan yang terakhir adalah sebuah pertunjukan sulap dadakan dari Kiswinar! Yap, nggak cuma kreatif dalam berkarya dari kertas berkas, pria yang satu ini juga ahli memainkan sulap dan membuat semuanya terpukau sampai akhir acara.
Demikianlah acara Art Market #2 dari Kopi Keliling bekerja sama dengan Tokove. Pada akhirnya tujuan dari Art Market ini sebenarnya adalah untuk menjadi wadah dan membuka peluang bagi para perupa dan brand-brand kreatif yang belum sempat masuk ke pusat-pusat perbelanjaan besar agar namanya lebih dikenal luas. Kita berharap teman-teman juga turut serta mendukung pelebaran sayapnya dengan membeli produk-produk mereka yang memang terbukti nggak kalah keren dari yang sudah punya nama saat ini. Yuk, kita dukung produk-produk kreatif karya para perupa muda!
PS: Foto-foto lengkap Art Market #2 bisa dilihat di Facebook Kopling di sini.