Aroma Koffie Fabbriek

Menyusuri hampir setengah jalan Banceuy yang berdebu, penuh kios las dan bengkel mobil, terasa tidak sia-sia ketika akhirnya saya sampai di sebuah rumah di sudut jalan, berdinding lusuh, dengan sisa-sisa gaya eksterior deco. Sabtu siang kala itu, saya mampir ke Aroma Koffie Fabriek, sebuah pabrik kopi legendaris yang sudah lama berdiri di Kota Bandung, karena penasaran banget ingin tahu bagaimana aroma kopinya, yang katanya wangi itu, proses pembuatannya, lalu suasana klasiknya dan.. tentu saja karena… I love coffee!

Aroma Koffie Fabrik

Aroma kopinya sudah semerbak bahkan ketika saya masih di depan pintu masuk etalase. Apalagi ketika saya masuk ke dalamnya, hmm… Makin penasaran jadinya. Untung, bapak pemilik pabrik sangat ramah, dan langsung mengajak saya tur keliling pabrik… yay!

Sejarah Aroma Koffie Fabriek

Dengan sepeda onthel yang beliau punya, Tan Houw Sian (alm) merintis Aroma Koffie Fabriek pada tahun 1930 hingga menjadi sebuah toko kopi sekaligus pabrik yang bertahan sampai saat ini. Aroma Koffie Fabriek dibangun di atas tanah hoek seluas 1.300 meter persegi yang kemudian dibangun gudang, tempat penjemuran biji kopi, pengolahan biji kopi, hingga etalase produk. Bangunan ini tak pernah diubah secuilpun dari sejak pertama kali dibangun.

Sepeda yang terpampang di dalam pabrik kopi aroma

Sebelum Tan Houw Sian membangun semua itu, beliau bekerja di pabrik kopi milik Belanda. Setiap menerima upah, maka beliau tabungkan hingga pada tahun 1930 didirikannya Aroma Koffie Fabriek dan membeli sendiri mesin pengolah kopinya.

Setelah Tan Houw Sian berpulang, Widyatama, meneruskan usaha kopi Aroma ini sebagai peninggalan berharga ayahnya yang harus terus dilestarikan sebagai pabrik kopi terbaik di kota Bandung. Widyatama yang putra Tan Houw Sian berkata tentang tiga sepeda yang sengaja diletakkan di dinding, “ Itu sebagian harta warisan ayah saya, saya ingin kelak anak-anak saya selalu ingat bahwa pabrik ini dirintis dengan sepeda tua di zamannya, dengan keringat dari kakeknya.”

peralatan yang ada di dalam pabrik kopi aroma

Tentu, sebuah usaha yang dirintis dari nol, pasti tak akan mudah mempertahankannya. Lalu, bagaimana kopi-kopi di pabrik ini diproduksi ya?

Dari Kebun sampai Kemasan

Dua kali dalam setahun, Widyatama mendatangi kebun kopi miliknya dan memilih sendiri buah kopi di perkebunan kopi yang masing-masing kurang lebih luasnya lima hektar yang terdapat pada daerah Aceh, Medan, Toraja, dan Timor untuk Arabika, sedangkan Lampung dan Jawa untuk Robusta. Jika semua dijumlahkan, maka luasnya menjadi 50 hektar.

Setelah biji-biji kopi terbaik didapatkan, biji-biji tersebut dijemur di bawah terik matahari selama tujuh jam. Setelah itu disimpan dalam karung goni yang berwarna coklat. Kemudian dijaga tingkat kekeringannya.

Penyimpanan ini dimaksudkan untuk menghilangkan sifat jelek kopi, yaitu mengurangi kadar kafein dan menghilangkan kadar asam kopi hingga 3% sampai 2% sehingga kopi aman diminum, tidak membuat perut jadi kembung dan tidak meninggalkan rasa kecut di tenggorokan. Proses ini memerlukan waktu 8 tahun untuk benar-benar menjadikan kopi yang sedap sekaligus sehat.

“ Saya ingin membuat produk sebaik mungkin dengan harga terjangkau, sehingga orang yang memiliki darah tinggi maupun diabetes bisa sembuh.”

Begitu tutur Pak Widyatama penuh keyakinan. Setelah disimpan begitu lama, biji kopi lalu didinginkan lalu dipisah berdasarkan beratnya melalui mesin pemilah probat. Biji kopi yang baik adalah yang biji yang berat.

peralatan di dalam pabrik kopi aroma

Kemudian, kopi disangrai selama kurang lebih dua jam dengan mesin yang berumur kurang lebih 103 tahun. Mesin ini dipanaskan menggunakan bara api yang diperoleh dari pembakaran kayu karet yang didapat dari limbah perkebunan karet. Kayu ini dipakai karena selain memberikan panas merata juga memberikan aroma khas pada kopi.

Nah, setelah disangrai, sebagian kopi memasuki proses penggilingan untuk mengubah wujudnya menjadi bubuk. Sedangkan sebagian kopi yang lain tetap pada wujud biji yang coklat kehitaman.

proses menyangrai biji kopi di dalam pabrik kopi aroma

Setelah kopi selesai digiling, kopi siap dikemas dan siap diambil oleh para pembeli. Hmm…

Kemasan kopi aroma sangat otentik dan hemat. Sejak awal pabrik didirikan, kemasan kopi aroma hanya ganti penampilan dua kali. Kemasannya terbuat dari kantong berbahan kertas roti lalu dibungkus lagi dengan plastik tipis, agar aromanya tak mudah lepas. Pak Widya juga berpesan agar setiap bungkus kopi yang telah dibuka, agar segera dimasukkan di toples kaca tertutup, sehingga aromanya yang khas tidak hilang.

kemasan kopi aroma

Produk Kopi Aroma

Ada dua macam produk kopi yang diproduksi Aroma Koffie Fabriek, Robusta dan Arabika. Sebelum disangrai, kopi arabika disimpan selama delapan tahun sehingga kadar asamnya berkurang hingga 2% saja, menjadikan kopi jenis ini lembut untuk pencernaan namun rasanya mantap. Sedangkan kopi robusta disimpan disimpan selama lima tahun saja.

Baik kopi robusta atau arabika, berwujud biji atau bubuk, tersedia mulai dari kemasan 250 gram, 500 gram dan 1 kg. Orang-orang yang datang ke pabrik sekaligus kedai kopi ini biasanya membeli kopi yang kemasannya 250 gr atau 500 gr, dan jika malas untuk datang ke lokasi pabrik ini, produk kopi Aroma juga bisa ditemukan di swalayan dalam kemasan 250 gram.

Tidak hanya warga Bandung saja yang suka membeli kopi ini, tetapi hotel-hotel berbintang dan kafe-kafe ternama di bandung serta warga ekspatriat senang menikmatinya.

Memang sudah seharusnya, di sebuah kota yang sejuk, ada sebuah pabrik kecil dengan bangunan jadul, yang memproduksi kopi dengan mesin penggarang warisan, kopi asli Indonesia, dan warga yang setia menjadi pelanggan. Ini sebuah sinergi yang hangat, salah satu warisan yang hidup. Namun, apakah setiap wisatawan yang akhir pekan selalu menyesaki kota Bandung itu tahu akan keunikan produk kopi ini..? Juga warga Bandung sendiri, atau para pencinta kopi?

Ada pun dalam tur pabriknya, pak Widya pernah bertutur tentang kopinya, “Membuat kopi yang paling baik dengan harga paling terjangkau.”

Mungkin, itu salah satunya mengapa kopi Aroma begitu banyak digemari.

Saya juga selalu teringat, waktu biji-biji kopi baru selesai digarang, saat penutup penggarangannya dibuka, hmm… Uapnya mengepul menyebar ke penjuru ruangan, abunya tersebar dan menempel di baju, membuat saya menjadi wangi kopi, he he. Hingga sesampainya di rumah, saya masih wangi kopi lho..

Lalu, karena Pak Widya sudah baik sekali telah mengantar tur ke dalam pabrik kopinya, saya membuatkan Company Profile untuk pabriknya sebagai tanda terima kasih. Hehe… Ya, walaupun amatiran, Pak Widya senang sekali, karena pabriknya memang belum punya atribut seperti itu.

 

Kopi Aroma. Coffee, Town, and Heritage.

 

Artikel oleh: @riaazib

About author

Pameran Ulang Tahun Kopi Keliling

Tahun ini (20 Februari) Kopi Keliling memasuki usia 4 tahun. Usia yang tergolong masih sangat muda untuk sebuah kelompok/gerakan kreatif berkegiatan. Di waktu yang sangat ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official