Junk Not Dead

Pernah mengalami punya banyak ide atau gagasan tapi terpentok sana-sini karena kurang dukungan dari pihak-pihak yang sebenarnya penting? Salah satu teman Kopling, Junk Not Dead, awalnya terlahir karena mengalami beberapa hambatan di kampusnya sendiri. Dari awalnya hanya menjadi wadah bagi penggeraknya untuk menuangkan kreativitas dalam bentuk merchandise, kini Junk Not Dead juga menjadi pembakar dan wadah bagi siapapun yang ingin berkarya bersama.

Apa sih sebenarnya Junk Not Dead? Simak obrolan Kopling dengan Muchlis Fahri, yang juga akrab dipanggil Muklay.

Kopi Keliling (KK): Hai Junk Not Dead (JND). Basic dulu ya, JND tuh apa sih? dan ceritain dong apa aja kegiatan kalian selama ini.

Muchlis Fahri (MF): Tadinya JND hanya sebuah wadah saya untuk membuat artwork saya dan Puji ada yang mengenakannya, jadi semacam merchandise karya saya dan Puji, tetapi memang JND punya konsep handmade, yang artinya kita terjun langsung untuk pembuatan merchandise tersebut, seperti tote bag merupakan karya kolaborasi kita, saya melukis di kanvas dan kemudian dijahit (stitch) oleh Puji.

Sebenarnya kegiatan kita selama ini masih fokus di produk, dan mungkin mimpi saya yang belum tersampaikan bisa mewadahin anak-anak di kampus yang mempunyai potensi dalam membuat suatu merchandise, tetapi lama kelamaan bayak yang saya tarik untuk masuk kesini, supaya barang junknotdead lebih bervariasi. dan terakhir kita memberikan workshop jahit boneka flanel, kolase pop-up dan juga cukil kayu.

KK: Siapa aja yang bergerak di balik Junk Not Dead?

MF: Saya berdua sebagai penggerak atau mesin, tetapi banyak sekali orang yang menggerakkan Junknotdead di balik saya dan Puji bahkan dari luar kampus itu sendiri.

KK: Muchlis dan Puji, sebagai penggagas, apa yang membuat kalian menciptakan JND? Konon, ada faktor kampusnya ya? Apa bener?

MF: Yah sangat benar sekali, selama ini kita seperti di-underestimate oleh para dosen, sebenarnya kita adalah dua dari banyak mahasiswa di kampus UNJ yang mempropaganda ini. Selama kita bekerja di kampus, kita hidup di kampus tidak saya sekali ada yang mendukung dari pihak dosen, dan banyak teman-teman juga pun yang belum sadar akan hal itu. Nah, kita berharap menjadi pembakar dan alhamdulillah 1 sampai 3 orang banyak yang termotivasi untuk membuat pergerakan seperti ini. Intinya saya merasa seperti “sampah” di kampus dan kampus menjadi “tempat sampah” bagi saya. Para pemilik tempat sampah ini tidak pernah bisa “mendaur ulang” kita dengan baik, tetapi ketika saya berada di luar tempat sampah itu dan banyak yang ingin mendukung saya, malah bisa menjadi berguna sekali. Yah, di kampus kami selalu diremehkan dari orang-orang yang hanya mendapat IP 3,5 setiap semesternya tetapi di luar kampus mereka tidak tahu sudah seberapa besar movement kita.

KK: Produk apa saja yang dibuat oleh JND Selama ini?

MF: Handmade , seperti hand painted dan stitch tote bag, pouch bordir, custom jacket jeans, custom sneakers, patch, necklace, dan artwork print (poster, poster dan tees)

KK: Apakah kalian membuka kolaborasi (bikin karya jadi produk) juga dengan seniman lain? Gimana caranya kalau ada yang tertarik untuk berkolaborasi?

MF: kita membuka 2 sisi kriteria, jadi setiap seniman yang ingin ikutan, harus mengikuti kedua aplikasi ini. Pertama berkolaborasi dengan barang yang sudah dibuat JND contohnya tote bag dan tees jadi semacam JUNKNOTDEAD X MUKLAY gitu nantinya, karena sekarang pun sedang banyak fenomena itu di kalangan industri seperti Uniqlo yang bekerja sama dengan Haring foundation dan Andy Warhol. Nah, yang kedua yang kita sebut JUNK art, yang menjadi karya murni sari si seniman itu sendiri. Ia harus menggunakan barang-barang yang sebenarnya masih bisa dipakai, entah mereproduksi lagi (membuat ulang dengan fungsi yang sama) atau meng-custom (menggarap surface barang yang sudah ada). Seperti saya mempunyai gagasan ingin meng-custom kemasan kentang dari McDonald. Nah kemasan biasanya orang-orang buang sehabis ia menikmati kentang tersebut, saya memungutnya satu per satu meskipun saya harus menunggu lama supaya mendapat lebih banyak. Yah pprogram ini pun banyak manfaatnya. Selain bisa membuat barang memble jadi kece, si seniman itu pun bisa mencoba latihan di media baru yang tadinya hanya melukis di kanvas atau menggambar di kertas.

KK: Apa ada kriteria khusus bagi mereka yang ingin kolaborasi bareng JND?

MF: Yang pasti mempunyai karakter yang khas: liar, responsif, dan mempunyai karakter yang kuat. Jadi ketika ia mempunyai suatu konsep untuk membuat karya di kanvas tetapi ketika tidak ada kanvas apa yang akan ia lakukan dengan konsep yang sama.

KK: Selain kolaborasi untuk produk, denger-denger kan JND juga sudah bertindak sebagai wadah ekspresi buat temen2 lainnya. Selama ini kegiatannya apa aja? Dan biasanya di mana sih?

MF: Yah selama ini mungkin hanya workshop dikarenakan kelebihan kita adalah kita dapat membagi ilmu karena memang dari institusi pendidikan. Jadi kita harus mempunyai jiwa keguruan, nah itu kita namakan the art of sharing.

KK: Kalau ada pembaca Kopling yang penasaran dengan karya kalian harus ke mana?

MF: Bisa ke junknotdead.tumblr.com walaupun masih berantakan, dan juga ke instagram para senimannya @muklay @ijupacups @dhigel23 @apriliyanbsm @dolbybyba @sarahfidiyanti @mnnt_

KK: Kira-kira ke depannya bakal ada kejutan apa nih dari JND?

MF: Impian tidak ingin hanya menjadi wadah untuk membuat produk tetapi ingin membakar rasa anak-anak di kampus supaya lebih giat berkarya, dan harapannya bisa menjadi art collective dari banyak seniman.

 

Nah tuh, udah ada yang ngerasa terbakar?

About author

Antara Dunia Nyata dan Dunia Mimpi

“People think dreams aren’t real just because they aren’t made of matter, of particles. Dreams are real. But they are made of viewpoints, of images, ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official