Kenapa Penulis Suka Ke Coffee Shop?

coffee-shop-writing-439411_462x306

Pernah kepikiran nggak kenapa beberapa penulis, terutama penulis novel, lebih milih untuk menulis di coffee shop ketimbang di tempat lain? Bukankah kalo menulis dari rumah itu lebih nyaman dan murah ya?

Ternyata ada beberapa alasan kenapa orang lebih memilih untuk menulis di coffee shop. Bukan hanya karena suara-suara yang di coffee shop, seperti yang pernah dibahas Kopling, tapi juga karena di coffee shop orang jadi lebih terpacu untuk menulis ketika ngeliat orang lain di sana buka laptop dan… menulis. Bisa jadi ini memang cara para penulis untuk bersosialisasi. Dengan menulis bareng, ngopi bareng, meskipun tanpa ngobrol. Ngeliat orang lain semangat kerja, kita jadi ikutan semangat buat menulis dan nyelesein novel kita akhirnya.

Nggak cuma orang-orang di sana yang bikin semangat, tapi juga kafein. Bukan alkohol yang melahirkan fantasi penulis, tapi kopi. Kopi udah banyak melahirkan novelis-novelis hebat, dan bahkan banyak novelis yang menuangkan kopi ke dalam bukunya. Jadi, kopi bukan hanya sekadar biji tanaman yang biasa-biasa aja.

Selain itu, di coffee shop kita juga bertemu dan melihat banyak orang. Kadang-kadang tanpa sengaja kita jadi ikutan nguping pembicaraan mereka. Mungkin ada cewek yang cerita sama sahabatnya bahwa pacarnya selingkuh, atau ada seorang istri yang cerita sama temannya gimana ganggunya mertuanya. Acara nguping itu bisa dikembangkan jadi tulisan kan?

Cuma ya jangan asal milih coffee shop untuk jadi tempat nulis. Nggak ada salahnya nyoba coffee shop baru setiap kali kamu kepengen menulis di coffee shop. Setiap tempat pasti punya pelanggannya sendiri, dan tiap pelanggan punya drama mereka sendiri. Bukankah yang kita tulis dalam novel itu manusia dan dramanya?

Selain itu, yang harus diperhatiin kalo kamu memutuskan untuk memilih sebuah coffee shop jadi tempat favorit kamu untuk menulis adalah:

1. Carilah coffee shop yang kebanyakan pengunjungnya adalah mahasiswa yang lagi nulis skripsi atau freelancers. Tujuan kamu ke sana buat nulis, dan bukan buat ngobrol kan?

2. Nggak ada wi-fi? Nggak masalah. Kan kalo lagi menulis nggak perlu wi-fi. Kecuali, kamu butuh riset dulu dalam pembuatan novel kamu. Nggak bisa internetan malah bagus, jadinya kamu nggak tergoda untuk ngetwit, misalnya.

3. Buat jadwal sendiri dan patuhi. Kayak orang ngantor aja gitulah, cuma waktunya kamu sendiri yang ngatur. Misalnya, kamu mau menulis selama 2 jam sehari. Gunakan 2 jam itu di coffee shop seefisien mungkin untuk menulis. Juga kamu harus bikin target: dalam sehari kamu mau nulis berapa halaman?

4. Setelah selesai menulis, baru kamu boleh ngopi sebanyak mungkin dan manggil teman-teman kamu untuk ngobrol.

Coba bayangin kalo kamu nulis satu jam dalam sehari sebanyak 2.000 kata, berapa banyak tulisan yang bisa kamu buat dalam setahun? Masih dapet bonus ngopi pula kan?

Buat seorang penulis, nggak ada cara yang lebih baik untuk menggunakan waktu selain dengan menulis dan ngopi.

 

Sumber foto: randomlysquare.wordpress.com

Flows to Bay

  “We have grown into a ‘Single Use Culture’ who are fast to forget the ramifications of our daily behaviors. And as a result, we ...
joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official