Jasa Jepang Bagi Toraja

 

Kopi Indonesia yang sudah terkenal di manca negara itu jenisnya macam-macam, seperti yang sudah kita tahu. Sama seperti kopi dari negara-negara lain, kopi Indonesia dari tiap daerah itu rasanya beragam. Hari ini kita cerita-cerita soal salah satu kopi di Indonesia yang paling terkenal yuk? Ada yang belum pernah dengar tentang kopi Toraja? Nggak mungkinlah ya, tapi mungkin belum banyak yang tahu tentang sejarah kopi dari Sulawesi yang satu ini.

Orang Toraja terkenal sebagai masyarakat yang sangat memegang dan memelihara tradisi selama ratusan tahun. Salah satunya adalah upacara pemakaman Rambu Solo yang banyak mengundang wisatawan dari manca negara. Sama seperti pesta-pesta adatnya, proses pengolahan kopi di Toraja juga sudah melalui tradisi yang umurnya ratusan tahun, ternyata.

Kopi di Indonesia, termasuk di Toraja, sudah mulai ditanam pada Abad 17. Tapi ketika itu, yang boleh minum kopi hanya kalangan atas orang Belanda. Baru kemudian saat pendudukan pemerintah Jepang, pihak Jepang mencoba untuk membuka perkebunan kopi di Toraja. Sayangnya, usaha ini gagal, dan kopi Toraja sempat menghilang di pasaran setelah Perang Dunia II.

Baru setelahnya, seorang presiden perusahaan kopi dari Jepang, Mr. Oki, mendengar bahwa di Toraja ada kopi yang sangat bagus, tapi sudah punah. Mr. Oki pun berambisi untuk menghidupkan lagi kopi Toraja, dan kembali mencari bibit-bibit kopi Toraja. Dia datang ke Toraja bersama timnya sekitar tahun 1973 dan mencari bibit-bibit kopi itu di wilayah pegunungan dengan mengendarai kuda atau jalan kaki, selama satu bulan lebih. Tantangan dan kesulitan mereka hadapi, tapi mereka nggak putus asa.

Kegigihan mereka pun akhirnya membuahkan hasil. Mereka berhasil menemukan bibit kopi Toraja dan mengembangkannya kembali secara perlahan, tapi pasti. Mr. Oki lalu menunjuk seorang pegawai baru di perusahaannya, Mr. Seino, pada tahun 1976 sebagai utusan pembukaan perkebunan kopi di Toraja. Alasannya, karena mr. Seino ini pernah bekerja di Lampung, meskipun dia sebelumnya belum pernah ke Toraja. Setidaknya, dia sudah lebih tahu tentang iklim dan tanah di Indonesia. Ketika itu, perjalanan dari Makassar ke Toraja masih buruk, dan sesampainya di Toraja, Mr. Seino ini nggak mendapatkan apa-apa…

Dasar orang Jepang, Mr. Seino ini nggak putus asa. Dia memulai semuanya lagi dari nol dan belajar berkomunikasi dengan masyarakat Toraja. Jangankan bahasa Toraja, bahasa Indonesianya pun nggak bagus, sebenarnya. Tantangannya nggak cuma itu, karena timbul lagi masalah tentang penentuan lokasi perkebunan kopi, sementara Mr. Seino kurang mendapat dukungan dari banyak pihak.

Seperti yang kita tahu, untuk kopi Arabika, semakin tinggi lokasinya akan semakin baik, tapi sekali lagi, kondisi saat itu sangat sulit. Semuanya masih berbentuk hutan, termasuk jalan untuk menuju ke tempat yang ingin dijadikan lokasi perkebunan kopi itu. Tapi Mr. Seino tetap gigih, dan akhirnya didirikanlah perkebunan kopi di atas ketinggian 1.000 meter dan jalan sepanjang 6 kilometer ke lokasi perkebunan pun akhirnya selesai. Jalan ke pegunungan ini sampai sekarang diberi nama Jalan Seino – satu-satunya jalan di Indonesia yang memakai nama orang Jepang.

Mr. Seino adalah kepala perkebunan kopi Toraja yang pertama, dan setelah tugasnya berakhir, dia kembali ke Jepang. Setelah kembali ke Jepang, dia masih mengawasi perkebunan kopi di Toraja. Rupanya diam-diam dirinya masih menyimpan penyesalan, karena belum sempat membalas kebaikan hati masyarakat Toraja. Untuk itu, dia mempelajari teknik penggalian sumur karena masyarakat Toraja selalu mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Karena usia, Mr. Seino nggak bisa meneruskan belajar, tapi kebetulan ada seorang profesor yang menawarkan pembuatan pupuk organik dngan memanfaatkan buangan kulit kopi. Usaha ini akirnya berhasil, dan impian Mr. Seino untuk menghijaukan Toraja dengan cara memroduksi kopi yang ramah lingkungan, tanpa menyulitkan para petani pun, berhasil.

Mr. Seino adalah orang Jepang biasa yang luar biasa. Dia mencintai Toraja, lebih dari siapapun di Jepang. Ketika dirinya menutup usia di tahun 2008 karena kanker hati, Mr. Seino sempat meminta maaf kepada masyarakat Toraja karena merasa belum cukup memberi. Dan impian besar Mr. Seino yang belum terwujud itu adalah warisan untuk kita semua…

Sumber: Dunia Virgani

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official