Hardi Salim

“Ketika kita berkarya secara langsung maupun tidak, pasti ada yang ingin kita sampaikan terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Itulah komunikasinya membuat orang sadar, peduli dengan apa yang kita rasakan terhadap sesuatu yang kita tuju lewat karya. Komunikasi yang sepertinya gak bisa kita ungkapin secara langsung, lewat karya bisa.” – Hardi Salim

Hardi Salim sudah lama suka mencoret-coret gambar, meskipun hanya berupa karakter-karakter anime idolanya. Namun, saat memasuki bangku kuliah, tepatnya di Universitas Bunda Mulia jurusan Desain Komunikasi Visual ( DKV ), pemuda yang bulan Oktober mendatang akan berusia 21 tahun ini, menjadi semakin tertarik untuk mendalami dunia ilustrasi. Pencetusnya adalah saat berkenalan dengan seorang dosen muda yang juga bekerja sebagai ilustrator saat ia baru memulai aktivitas perkuliahannya. Sang dosen kemudian memperkenalkan dunia visual art kepada Hardi dan mengajaknya mengunjungi berbagai pameran seni.

Pameran yang pertama kali didatanginya adalah MICROBEING – Solo Exhibition Mahendra Nazar, di Tryst, Kemang. Dan bisa dikatakan pameran ini yang menginspirasinya untuk terpacu berkarya di visual art, terutama setelah menghabiskan waktu berbincang-bincang dengan para ilustrator yang berkolaborasi dengan Mahendra Nazar.

Selebihnya tinggal sejarah. Visual art pun menjadi bagian dari keseharian Hardi. Kini, selain menyerap ilmu di kampusnya, selain berkarya dan menonton film sebagai kesehariannya, Hardi dengan bangga bisa menyebutkan dirinya sebagai seorang ilustrator freelance.

granit

Hardi tertarik dengan visual art karena baginya konsep yang tertuang di karya itu sendiri bisa menjadi pelajaran untuk semua orang yang menikmati karya tersebut. Apalagi ia banyak mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya, mulai dari sekedar memberi semangat, berbagi pengalaman hingga memperkenalkan Hardi kepada sosok-sosok ilustrator berpengalaman. Untuk ini Hardi sangat berterimakasih.

Gaya karya Hardi adalah Fine Art Illustration. Artis yang mendapat perhatian Hardi adalah seperti Ana Bagayan, Lina kusaite dan Zan Von Zed. Sedang dari dalam negeri adalah Atreist, Mahendra Nazar dan Emte.

pearl

topaz
Sumber inspirasi Hardi biasanya datang dari buku, film atau malah kejadian sehari-hari. “Objek atau situasi mungkin lebih ke situasi yang terjadi di dunia yang sudah mulai kacau ini, jadi mencoba refleksi juga ke diri sendiri. Apakah kita juga menjadi bagian dalam kerusakan dunia ini, jika tidak apa aksi kita untuk memprotes perubahan dunia ini? Dengan berkarya, setidaknya bisa memberi pesan kepada mereka tentang protes kita secara tidak langsung,” demikian katanya.

Hardi juga sudah pernah mengikuti beberapa pameran untuk menampilkan karya-karyanya, seperti Student Art Exhibition ( 2013), Suryakanta Exhibition (2014), Dongkrak Seni UI (2014) dan MIXED FEELINGS, That’s Life Coffee (2015).

Bagi Hardi sebuah project art yang seru adalah saat para ilustrator hebat berbagi pengalaman kepada ilustrator muda yang mempunyai semangat yang sama. Proses transfer semangat ini tentunya bisa memberi asupan energi bagi ilustrator muda agar berkarya lebih giat lagi.

Sebagai mahasiswa dan seniman muda tentunya asupan energi Hardi juga datang dari kopi, yang menjadi teman saat mengerjakan tugas perkuliahan, mengobrol bersama teman-temannya atau malah menikmati kesendirian. Hardi sendiri punya pengalaman lucu dengan kopi, saat seorang temannya yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang kopi memesan espresso tanpa mengetahui jika rasanya pahit. Setelah diperingati oleh Hardi, akhirnya sang teman pun meminta Hardi saja yang menghabiskan kopi tersebut. Sebuah contoh kisah sederhana yang justru bisa menjadi inspirasi Hardi dalam berkarya.

Lihat karya-karya Hardi Salim lainnya di: instagram.com/hardi.lim

Penulis: Haris Fadli Pasaribu

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official