Rahedie Yudha Pradito

“Jadi apa saja boleh, asalkan kamu serius dan tekuni. Jangan setengah-setengah. Itu nasehat ibu saya dulu yang membuat saya mengambil sikap: “draw or die”. Tapi die-nya dicoret, tinggal draw-nya. Untuk fokus, kita memang harus menutup pilihan terburuk sekali pun.”

– Rahedie Yudha Pradito

Nggak pernah ada kata terlambat untuk memulai sesuatu, atau banting setir ketika kita ternyata menyadari bahwa apa yang kita jalankan selama ini nggak sesuai dengan panggilan hati kita. Hal inilah yang dilakukan oleh Rahedie Yudha Pradito, seorang seniman kelahiran Malang yang sempat tinggal di Makassar selama 5 tahun, sebelum akhirnya meneruskan kuliah di ITS.

Sejak kecil, Rahedie yang memang suka menggambar ini memang berniat untuk memasuki jurusan desain atau seni, dan ternyata dirinya kemudian diterima di Jurusan Desain Produksi. Namun ternyata, di tahun-tahun pertama perkuliahan, Rahedie merasa apa yang didapat dan dirasakannya di sana nggak sesuai dengan bayangannya sebelumnya, karena lebih cenderung ke arah permesinan. Tapi Rahedie tetap meneruskan kuliahnya hingga lulus, dan kemudian magang di sebuah perusahaan otomotif. Sampai di situ, dirinya masih merasa bahwa pekerjaan itu bukan pekerjaan yang disukainya.

Rahedie pun kemudian melirik kebiasaan lamanya saat senggang: membuat coretan-coretan di buku sketsanya. Yang digambarnya biasanya desain karakter, komik dari berbagai macam ilustrasi. Dari situ, dirinya memutuskan untuk masuk ke dunia ilustrasi, dan mulai belajar dari internet, teman-temannya, dan beberapa kantor yang pernah mencatatnya sebagai pegawai.

portofolio-rahedie-yudha-pradito-seniman-kopi-keliling-volume-0

portofolio-rahedie-yudha-pradito-seniman-kopi-keliling-volume-0-part-2

Dengan jujur Rahedie mengakui bahwa dirinya membuat karya selalu berdasarkan pesanan atau keinginan orang lain, karenanya dirinya nggak bisa menentukan apa yang menjadi gayanya. “Mungkin lebih sering menggunakan gaya komikal, realis, character pin-up ya…” jelasnya. “Saya sendiri agak bingung mendeskripsikannya,” sambung pemuda kelahiran 1986 ini sambil tergelak.

Dalam berkarya, biasanya Rahedie mengawalinya dengan mengikuti brief yang diberikan padanya. Dari situ dirinya mulai mencari ide, baru kemudian mencari referensi, dan kemudian membuat sketsa. Referensi yang dicarinya berkisar pada hal-hal yang disukainya, “… biar proses pengerjaannya menyenangkan,” katanya. Referensi yang dimaksud Rahedie adalah film, game, komik, dan hasil bercandaan dengan teman-temannya. Sementara untuk mengatasi creative block, selain main game, dirinya juga melakukannya dengan berolahraga. “Ketika badan saya merasa segar, hati pun ikut senang. Hal ini memungkinkan ide-ide menarik mampir ke kepala saya,” ujarnya.

Rahedie senang membuat ekspresi karakter, bahasa tubuh dalam membuat karyanya. Tentunya agar karyanya terasa emosional. Dan kamu nggak perlu emosional ketika bertemu dengan Rahedie suatu hari di sebuah coffee shop. Kenapa? “Saya suka meminta kopi teman saya,” katanya. Kembali sambil tergelak.

Lihat karya-karya Rahedie lainnya di sini: deadberries.deviantart.com

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official