Horestes Vicha Ursaprima

Betapa beruntungnya orang-orang yang terlahir di keluarga yang membebaskan putra dan putrinya untuk memilih jalan hidupnya masing-masing. Nggak semua orang bisa seberuntung ini, dan salah satu orang yang tergolong seberuntung ini adalah Vicha, yang bernama lengkap Horestes Vicha Ursaprima. “Yang penting saya pada akhirnya bisa mandiri dan menjalankan pilihan saya dengan bertanggung jawab,” katanya membuka percakapan dengan Kopling.

Sejak kecil Vicha sudah mulai suka menggambar. Kadang yang digambarnya adalah ilustrasi dalam poster, buku cerita, dan novel. Menggambar ulang, memang – tapi itu adalah caranya untuk belajar. Terkadang, dirinya mengumpulkan potongan-potongan gambar dan digabung-gabungkannya menjadi sebuah figur imajinatif. “Bagi saya, menggambar adalah sesuatu yang bersifat personal, intim. Gambar adalah buku harian visual yang mempunyai pemikirannya sendiri yang bebas. Aku menulis dengan gambar,” jelasnya panjang lebar.

Bagi Vicha, dunia seni visual adalah fenomena yang menarik dan unik. Kemungkinan untuk berkarya dengan berbagai medium itu sangat mungkin. Itulah yang menjadi pembeda seni visual dengan seni lainnya, menurut Vicha.

Vicha mengaku tertarik dengan aliran-aliran yang terbentuk di awal seni rupa modern, juga budaya pop. Mengenai gayanya dalam berkarya, Vicha lebih memikirkan apa yang disukainya dulu ketimbang gayanya. Setiap penikmat seninya, diizinkannya untuk mempunyai interpretasi masing-masing atas karyanya.

portofolio-horestes-vicha-ursaprima-seniman-kopi-keliling-volume-0-part2

portofolio-horestes-vicha-ursaprima-seniman-kopi-keliling-volume-0

“Saya itu bisa menyebut diri saya sebagai pemulung. Pemulung dari segala sesuatu di masa lalu, masa kini dan yang terpopuler sekarang. Gagasan-gagasan itu berasal dari dalam dan luar. Bisa berupa potongan-potongan kenangan, pengalaman atau percik-percik permenungan. Inspirasi itu seperti terapi jiwa untuk saya yang muncul dari banyak hal, baik dari obrolan teman, berbagi cerita, browsing, juga keseharian yang sedang saya rasakan,” terang Vicha ketika ditanya tentang proses kreatifnya dalam berkarya.

Agus Suwage, Bayu Widodo, Eko Nugroho, Bansky, David Spriggs, dan Joseph Cornell adalah para seniman yang menjadi inspirasinya dalam berkarya. Dan ketika jenuh melanda, Vicha biasanya mengajak teman-temannya bermain PS sambil menikmati segelas kopi panas dan mengobrol.

Seniman yang karyanya sudah pernah diikutsertakan dalam sebuah pameran di Belanda ini, saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di Modern School of Design di Yogyakarta, sekaligus sudah bekerja paruh waktu sebagai seorang desainer dalam sebuah komunitas yang bernama “Minority Collective”.

Pencinta kopi robusta ini biasa memulai dan menutup harinya yang sibuk dengan kopi. “Kopi adalah minuman yang harus selalu ada dalam setiap kegiatan saya,” pungkas Vicha sambil merobek sebuah kemasan kopi instan.

About author

joker123malaysia pussy88 xe88 mega888official